Entri Populer

Selasa, 03 Mei 2016

ESKATOLOGI V



BAB V
PENGANGKATTAN GEREJA (RATURE) DAN
PERISTIWA-PERISTIWA SESUDAH ITU


            Pengangkatangereja merupakan peristiwa nyata yang pasti akan tejadi. Dalam peristiwa ini kelak gerja atau orang-orang percata atau (mempelai wanit” akan diangkat untuk menyongsong Yesus Kristus “Memeplai Pria,” di amgkasa, dan selamjutnya melakukan prosesi memasuki sorga. Peristiwa ini disebut sebagai (Rapture),” sebuah istilah yang diambil dari bahsa latin yang berarti diangkat “caught up.”
            Dlama kesempatan ini, pokok-pokok yang dibicarakan adalah dasar Alkitabiah bagi Doktrin pengangkatan gereja, urutan peristiwa saesudah pengangkatan, aykni pengadilan terhadap orang-orang percaya dan persekutuan antara Kristus dengan gereja-Nya.

Dasar Alkitabiah
            Meskipun istilah raptur bukan dari bahasa asli Alkitab, namun doktirn pengangkatan gereja ini sendiri didasarkan pada kenyataan Alkitab. Ada tiga nas penting yang menyatakan pokok ini, yaitu 1 Tesalonika 4:13-18, 1 Korintus 15:51-58, dan Yohanes 14:1-3. Penjelasan lebih lanjut tentang doktrin ini akan diberikan secara terperinci dalam eksposisi terhadap ketiga nas tersebut.

Penjelasan 1 Tesalonika 4:13-18
            Surat-surat kiriman kepada jemaat di Tesalonika, takni 1 dan 2 Tesalinika, mungkin sekali merupakan surat-surat yang diwahyukan Allah terdahulu melalui Rasul Paulus, atau surat ini diyakinia sebagai surat kiriman yang pertama kali ditulis oleh Paulus. Kedatangan kristus kedua kali disebut hampir disetiap pasal buku ini,misalnya1 Tesalonika 1:10,2:19; 3:13; 5:23 dan 2 Tesalonika 1-12; 3:5. Barangkali nas yang paloig klasik ialah 1 Tesalonika 4:13-5:11. Bahkan 2 Tesalonika 1;&-10 menandaskan bahwa Kristus akan datang untuk mendirikan kerajaan-Nya di bumi
            Kedatangan Kristus kedua kali merupakan salah satu tema sentral dari surat-surat Tesalonika. Berkut ini nas-nas dalam surat 1 dan 2 Tesalonikayang berbicara tentang hal tersebut. Prtama, 1 Tesalonika 1:10 berisi nasehat agar “menantikan kedatangan Anak Allah”;” kedua, di dalam 1 Tesalonika 2:19 kedatangan Kristus kedua kali dikaitkan dengan “perkembangan rohani” yang indah dan kesaksian yang mantap dari jemaat Tesalonika; Ketiga, di dalam 1 Tesalonika 3:13 penantian kedatabgab Kristus kedua kali utuk menyambut gereja-Nya dikaitkan dengan keharusan untuk mengembangkan kasih diantara sesana orang percaya (1 Tes. 3:12). Rupanya kesucian hidup orang beriman berhubungan erat dengan kedatangan Kristus kedua kali. Dan keempat, 1 Tesalonika 4:13-14 menunjukkan bahwa konsep kedatangan Kristus kedua kali untuk menyongsong gereja-Nya merupakan ajaran penghiburab yang penting sekali, sehingga mendapat perhatian yang cukup besar dari rasul Paulus. Ia menghendaki agar orang Kristen mengetahui aspek-aspeh terperinci dari asas-asas ini supaya mereka “jangan berduka cita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.
            Terkait dengan 1 Tesalonika 4:13-14, Rasul Paulus memulai penjelasan tentang hal ini kepada jemaat Tesalonika, karena timbulnya pertanyaan apakh kematian orang percaya sebelum kedatangan Kristus kedua kali menyebabkan seorang tidak berkesempatan memerintah bersama Kristus. Rasul Paulus menjawa secara positif dan meyakinkan bahwa ada kebangkitab orang mati dan ada bagian pelayanan mereka di dalam Kerajaan Anak Allah. Ini adalah dasar utama tentang pengharapan gereja akan kebangkitan dan pengangkatan.


Dasar Pengharapan Akan Pengangkatan (4:13-14)
            Di dalam ayat 13 dan 14 Paulus meyakinkan anak-anak Allah akan adanya pengharapan tersebut dengan menggunakan istilah “koimaomai” untuk mereka yang telah mati di dalam Kristus. Di dalam Alkitab versi LAI istilah ini diterejemahkan sebagai “meninggal.” Namun demikian, kata itu semestinya berarti “mereka yang tertidur” yang mengandung arti “sementara,” yaitu bagi tubuh (ay. 13). 2 Korintus 5:8 dan Filipi 1:23 memastikan bahwa yang mati dan tidak bergiat disini ialah bagian materi manusiawi orang prcaya, sedangkan bagian immateri (rohnya), akan bergiat dalam persekutuan dengan Tuhan Yesus di Firdau. (Lih. Chart 4: tempat orang mati sebelum pengangkatan).
            Alasan yang digunakan Paulus untuk meyakinkan jemaat adalah karena kita percaya bahwa kebangkitan Kristen itu beralas; bertumpu; dan berdasar pada kebangkitan Kristus. Ungkapan “ei gar pisteuomen” yang diterjemahkan “karena jikalau kita percaya” dalam 4:4 sebenarnya menekankan dasar pengharapan anak-anak Allah akan kebangkitan tubuh, yakni keyakinan pada fakta historis akan kebangkitan Kristus, Lihat Chart 7. (skema Peristiwa-peristiwa Dunia (Premillenilism).

Wahyu Tentang Pengharapan Akan Pengangkatan (4:15-17)
            Di dalam 1 Tesalonika 4:15-17 rasul Paulus menyingkapkan wahyu Allah tentang dua hal penting yaitu “kedatangan Kristus Kedua Kali” (4:5) dan “pengangkatan gereja” (4:16-17).  Terkait dengan kedatangan Kristus, rasul Paulus menulis, “…pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga” (4:16). Sumber keyakinan berkenaan dengan kedatangan Kristus kedua kali adalah perkataan Tuhan Yesus sendiri. Di dalam Injil Matius, Tuhan Yesus mengajarkan,
“24:30 Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.
24:31 Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya…” (Mat. 24:30-31a)

            Sedangkan tentang pengangkatan gereja atau rapture, rasul Paulus menulis, “…mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit, sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan di angkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa” (1 Tes. 4:16b, 17). Dasar pengajaran ini dikemukakan Tuhan Yesus sendiri sebagaimana di catat dalam Matius 24:21b dan Yohanes 6:39,40
“…dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain. (Mat. 24:31b)
6:39 Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. 6:40 Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."  (Yoh. 6:39,40).

            Dengan demikian Paulus juga menjelaskan bahwa pengangkatan itu trjadi pada waktu Tuhan datang di angkasa. Kedatangan-Nya sendiri disertai dengan adanya tanda yang dalam konteks Yunani adalah “keleusma” sebuah istilah yang berarti “a loud command” atau perintah dengan suaru keras seperti yang diberikan oleh seorang pemimpin battalion untuk membangunkan orang tidur. Dalam konteks ini tentunya “keleusma” itu dimaksudkan sebagai eprintah bagi orang percaya yang sedang tidur atau meninggal dunia agar bangun dari tidur atau bangkit dari kematian. Hal ini terjadi pada “waktu penghulu malaikat berseru,” yang dimaksud disini adalah Mikhael.
            Selain serua malaikat, kedatangan Tuhan diangkasa juga ditandai dengan bunyi sangkakala (4:16). Pernyataan rasul Paulus ini juga dikemukakan dalam 1 Korintis 15:52 yang berkata “Sangkakala Allah berbunyi” (1 Kor. 15:52). Sumber ajaran Paulus ini tentunya adalah Tuhan Yesus sendiri (band. Mat. 24:31).
            Sesudah orang mati dalam Kristus bangkit, maka Tuhan mengangkat semua orang percaya bersama-sama kea wan-awan menyongsong Tuhan di angkasa. Hal yang tidak akan terjadi disebutkan dalam ayat 15, yaitu “kita yang hidup tidak akan diangkat lebih dahulu.” Artinya, pengangkatan itu terjadi secara bersama-sama. Peristiwa pengangkatan orang percaya ini disebut sebagai “rapture.”

Reui Semua Orang Percaya (1 Tes, 4:17-18)
            Sesudah pengangkatan itu, di dalam ayat 17 dijelaskan akan terjadi “reuni semua orang percaya. “ reuni ini terjadi “di udara” bukan du bumi. Jadi, ini merupakan suatu pertemuan besar di udara di mana semua orang percaya dari segala tempat dan abad berkumpul di udara bersama dengan Tuhan Yesus. Reuni ini terjadi sebelum masa Tribulasi (why. 3:10).
            Terhadap semuanya ini, di dalam ayat 18, Rasul Paulus menyatakan bahwa tujuan penyataan itu adalah untuk menghiburkan orang-orang percaya. Penghiburan dan pengharapan Kristen memilki kontras yang sangat tajam bila dibandingkan dengan ketidakadaan harapan orang-orang yang tidak percaya dalam menghadapi kematian. Tujuan penghiburan itu bersifat imperative, atau merupakan keharusan. “Parakaleite,” digunakan dengan arti “hiburkanlah!” (band. 1 Kor. 15:58).
            Pengangkatan gereja itu menjadi awal bagi Masa Tribulasi (Why. 4-10) yang terjadi hingga waktu Tuhan Yesus turun ke Bumi (Mat. 24:29-30; Why. 19:11-16). Sementara itu orang percaya selanjutnya akan melakukan prosesi atau berbaris masuk “ke sorga bersama Tuhan” yang sudah menyambut mereka. Namun lain dari tempat sorgawi ke mana orang percaya masuk beersama Kristus ialah “Rumah Bapaku” (Yoh. 14:2). Ini merupakan klimaks kelahiran baru yang juga “perfected sanctification” (penyucian sempurna).

Prasyarat Bagi Hidup Berpengharapan
            Keadaan “tidak berpengharapan” atau “no hope” merupakan kondisi fatal dari orang yang didup diluar anugerah Allah dan yang belum memiliki pengampunan dan penyucian oleh darah Kristus di dunia ini. Bagi mereka tidak ada kesempatan kedua, tidak ada masa percobaan, dalam kekekalan, tidak ada purgatory (api penyucian) yang merupakan tempat penggojlogan oleh api yang akhirnya menyelamatkan. Firman Tuhan jelas, bahwa kondisi mereka di masa depan ialah keputusasaan belaka.
            Sebaliknya bagi orang beriman, kedatangan Kristus kedua kali merupakan penuh pengharapan. Pengharapan bukan saja karena masa depan mereka yang pasti dan cerah di sisi Tuhan, melainkan juga karena bayangan orang beriman yang sudah mendahului mereka juga memiliki pengharapan yang sama. Bahkan konsep pengharapan Kristen jugga merupakan aspek yang fundamental dalam iman Kristiani. Firman Allah mengatakan “jikalau kita percaya bahwa Yesus Kristus telah mati dan bangkit,” maka kita memiliki pengharapan mulia itu.
            Ternyata, kebenaran tentang kedatangan Kristus kedua kali berkaitan erat dengan hakekat utama dari pada iman Kristen, yaitu kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Penerimaan dari hakekat iman inilah yang merupakan prasyarat utama bagi hidup berpengharapan itu. Hal ini ditegaskan Rasul Paulus dalam Roma 10:9 yang mengatakan: “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.”

Pokok Pikiran 1 Tesalonika 4
            Dari nas 1 Tesalonika 4 dapat ditarik kesimpulan bahwa terminology rapture setidaknya menyatakan beberapa pokok pikiran sebagai berikut, yakni (1) Tuhan akan datang dari sorga menyongsong gereja-Nya di udara, dan kemabli ke sorga; (2) Kedatangan-Nya di tandai dengan sebuag tanda (komando) dengan seruan penghulu malaikat, dan bunyi Sangkakala  Allah ; (3) Pada saat itu orang-orang yang mati di dalam iman kepada Kristus akan dibangkitkan untuk bersatu dengan jiwa-jiwa dan roh-roh mereka yang datang bersama-sama dengan Kristus dari sorga (1 Tes. 4:14); (4) Orang-orang percaya yang masih hidup secara spontan dengan sekejap mata diangkat dan menyonsing Tuhan di udara dan tanpa mati diubah dan diberikan eksistensi Sorgawi mereka; (5) Sesidah bertemu dengan Tuhan di udara, orang-orang saleh yang diubah itu akan bersama-sama dengan Tuhan selama-lamanya (1 Tes. 4:17); dan (6) Firman ini diikuti oleh firman berikutnya yang membicarakan masa penuangan murka Allah ke atas bumi, yaitu masa Tribulasi.

Penjelasan 1 Korintus 15:51-58
            1 Korintus merupakan surat yang ditulis Rasul Paulus menjelang akhir pelayanannya selama tiga tahun di Efesus (Kis. 16:5-9; dan 20:31) pada sekitar tahun 55 M. surat ini sebenarnya merupakan tanggapan rasul Paulus terhadap laporan dari keluarga Kloe (1:11) mengenai permasalahan perpecahan yang terjadi dalam jemaat (1:10-4:21) dan kegagalan moral yang mereka alami (5-6). Selain itu, surat ini juga merupakan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan jemaat yang disampaikan lewat utusan mereka Stefanus, Fortunatus, dan Akhaikus (16:15). Pertanyaan yang mereka ajukan di ataranya adalah masalah pernikahan (1 Kor. 7), kemerdekaan Kristen ( 1 Kor. 8-14), dan perihal kebangkitan (1 Kor. 15).
            Di dalam suratnya ini PAulus juga membicarakan unsure dalam doktrin pengangkatan gereja (1 Kor. 15:51-58), dan pokok ini disampaikannya sebagai bagian dari uraian tentang doktrin kebangkitan orang percaya (1 Kor. 15). Pokok-pokok yang dibicarakan dalam 1 Korintus 15 ini menjadi konteks yang melatar belakangi perihal pengangkatan gereja. Pokok-pokok itu adalah pentingnya kebangkitan di dasarkan atas kebangkitan Kristus (15:1-11); parahnya penyangkalan akan konsep kebangkitan, seperti oleh kaum Saduli (15:12-19); pastinya pengharapan Kristen (15:20-34); pastinya kebangkitan tubuh (15:35-50); dan pernyataan suatu “rahasia” kemenangan Kristen melalui Kristus (15:51-58).

Pandangan Ekstrim Tentang Tubuh Kebangkitan
            Terkait dengan pertanyaan kebangkitan orang percaya, ada dua ekstrim yang umum yaitu materilistik dan maya. Pandangan materialistic erat terkait dengan pandangan Epikurianisme yang bersikap skeptic terhadap kebangkitan orang mati, karena merasa bahwa tubuh ini hanyalah bersifat materialistic, dan kehidupan terjadi karena interaksi dari semua unsure lahiriah yang menyusun tubuh ini. Jika tubuh ini mati, maka dia menjadi rusak, dan tidak mungkin bisa bangkit kembali.
            Kebalikan dari pandangan materialistic ini adalah pandangan yang bersifat optimistic terhadap kebangkitan orang mati, namun memandang tubuh kebangkitan itu hanyalah bersifat maya, tidak memiliki sifat material. Pandangan ini berakar dari paham dualism yang menyatakan bahwa segala unsure material itu jahat, sedangkan unsure spiritual itu baik. Tubuh kebangkitan itu mulia dan suci, dan karenanya harus bersifat spiritual, kelihatannya material, tetapi realitasnya non material (band. Docetisme).
            Teori ini mendasarkan pandangannya pada kenyataan pada pernyataan dalam pasal 15:48 bahwa orang yang dibangkitkan itu menjadi manusia sorgawi yang diciptakan untuk menempati sorga, sama dengan Kristus yang berasal dari sorga. Berdasarkan 1 Korintus 15:49, “rupa dari yang sorgawi” atau “the image of the Heavenly” (NASV) itu berarti bahwa tubuh kebangkitan itu serupa dengan tubuh kebangkitan Yesus Kristus. Tubuh kebangkitan macam ini tidak bersifat material, karena daging dan darah tidak dapat tempat dalam Sorga. Mortal tak bisa masuk Immortal (15:50).

Orang Percaya Yang Hidup Ketika Yesus Kembali
            Pertanyaan selanjutnya yang timbul adalah, apakah yang terhadi dengan mereka yang tidak mati sampai Yesus kembali untuk menyongsong umat-Nya? Di dalam 1 Korintus 15:51 diungkapkan rahasia Allah, yaitu bahwa “kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah” (1 Tes. 4:15). Sebab ada yang masih akan tetap tinggal sampai Tuhan Yesus kembali menjemput keluarga-Nya.
            Meskipun demikian hasilnya sama. “kita semua akan diuabah” (1 Kor. 15:51b), dan peristiwa itu terjadi “dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir” (1 Kor. 15:52a). kita hidup, dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa (1 Tes. 14:17).
            Kepercayaan yang kokoh kepada kebangkitan dan pengharapan akan hal-hal yan datang akan memberikan insentif (rangsangan) bagi pelayanan masa kini.
“15:58. Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”(1 Kor. 15:58).

Penjelasan Yohanes 14:1-3
            Nas ini disampaikan Tuhan dalam perjamuan terakhir dengan para murid-Nya (Yoh. 14:1-2). Menyadari bahwa saatnya sudah tibah untk beralih dari dunia ini kepada Bapa-Nya. Maka Tuhan Yesus mempersipkan hati meraka bagi peristiwa ini. Untuk itu Tuhan berterus terang menyatakan bahwa seketika saja lagi lamanya, maka Ia akan pergi (Yoh. 13:33). Ini tentunya menimbulkan kegelisahan di hati mereka. Menanggapi kesedihan itu, Tuhan Yesus berkata,
14:1. "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.14:2 Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.14:3 Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. (Yoh. 14:1-3)

            Kata-kata ini menghibur para murid, karena di dalamnya Tuhan Yesus menjelaskan ke mana dan untuk tujuan apa Dia pergi meninggalkan mereka. Lalu, di dalam nas itu juga Tuhan brjanji bahwa Ia akan datang kembali untuk menjemput mereka para murid-Nya guna di bawah ke rumah Bapa. Janji Tuhan bahwa Dia aka datang kembali inimembrikan dasar Alkitabiah yang kuat bagi doktrin “rapture” atau pengangkatan gereja. Pernyataan Tuhan ini juga memberikan aspek lain dari doktrin “rapture,” yakni kaitannya dengan kedatangan pertama, pekerjaan-Nyapada masa kini, dan tujuan dari rapture itu sendiri.

Urutan Peristiwa Rapture
            Berdasarkan fakta Alkitab yang dikemukakan dalam eksposisi di atas, maka di sini akan dijelaskan secara rinci urut-urutan peristiwa pengangkatan gereja sebagai berikut.
1.      Yesus menyongsong mempelai perempuan di udara;
2.      Kebangkitan mereka yang mati dalam Kristus;
3.      Pengankatan orang percaya yang masih hidup;
4.      Perubahan tubuh tak kekal (mortal atau fana) menjadi tubuh kekal (immortal, baka atau kekal); dan
5.      Pertemuan di udara dengan Kristus dan selanjutnya naik bersama Dia ke Sorga.

Penempatan Waktu Rapture
            Pertanyaan selanjutnya adalah mengenai waktu terjadinya pengangkatanb Gereja dalam hubungannya dengan tribulasi di bumi.terkait dengan ini, terdapat empat pandangan utama, yakni pretribulasi, midtribulasi, postribulasi, dan partial tribulasi.

Pre-Tribulasi
            Teori pretribulasi mengajarkan bahwa pengangkatan gereja terjadi sebelum terjadinya Krisi besar selama 7X1 Tahun yang dinubuatkan Daniel (9:27). Dasar Alkitabiah untuk pandangan ini, pertama-tama, adalah Wahyu 3:10,
3:10 Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku, maka Akupun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi.

            Di dalam Wahyu 3:10 ini Tuhan menegaskan bahwa Ia akan melindung gerejan-Nya dari hari tersebut. Hari pencobaan dipanang sebagai masa tribulasi karena pencobaan itu sifatnya universal, artinya terjadi di seluruh  dunia.
            Ungkapan “melindungi engkau dari hari” yang diterjemahkan dari bahasa asli Alkitab Perjanjian Baru yaitu “tereso ek tes horas” memberikan kesan seolah-olah gereja masuk ke masa tribulasi. Namun sebenarnya harus diterjemahkan “melindungi” (tereso) “keluar” (ek) “hari atau masa” (horas) pencobaan yang akan datang atas seluruh bumi. Jadi dari pemakaian kata “ek” berarti gereja dikeluarkan dan tidak memasuki masa tribulasi. Pengangkatan ialah pada pratribulasi atau pretribulasi.
            Nas kedua yang medasari teori pretribulasi adalah 1 Tesalonika 1:10
“1:10 dan untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang.” (1 Tes. 1:10).

            Jelas bahwa murka yang dimaksud disini bukanlah semua jenis kesukaran, karena sifatnya masih akan datang. Jadi, bersifat eskatologis, dan lebih mengacu kepada krisis besar yang terjadi selama satu kali tujuh masa Daniel. Pokok yang mau ditekankan di sini adalah bahwa Tuhan akan menyelamatkan gereja-Nya dari masa murka itu. Artinya, gereja tidak masuk ke dalam masa tribulasi itu. Ini menunjukkan bahwa gereja diangkat sebelum periode tribulasi itu.
            Selanjutnya, di dalam 1 Tesalonika 5:9 Rasul Paulus menulis bahwa Allah telah menetapkan agar gereja-Nya tidak ditimpa oleh kemurkaan-Nya, tetapi memperoleh keselamatan oleh Yesus Kristus. Konteksnya, yaitu tentang kedatangan Kristus untuk mengangkat gereja-Nya (1 Tes. 4:13-17) dan tentang waktu kedatangan pada hari Tuhan yang bersifat seperti pencuri dan yang mendatangkan kebinasaan bagi mannusia di bumi (1 Tes. 5:1-3) memperlihatkan bahwa pengangkatan gereja memang dimaksudkan untuk menyelamatkannya dari kemurkaan atas bumi yang datangnya pada hari Tuhan (5:9). Kemurkaan itu bukan penghukuman akhir di neraka, karena terjadi atas mereka yang diam di bumi . kemurkaan besar yang terjadi dibumi adalah maa Tribulasi tujuh tahun Daniel itu (Band. Wahyu 6:17).
            2 Tesalonika 2:7-8 merupakan nas lain yang menjadi dasar bagi teori pretribulasi
2:7 Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi sekarang masih ada yang menahan. Kalau yang menahannya itu telah disingkirkan,
2:8 pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulut-Nya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali. (2 Tes. 2:7,8)

            Jelaslah si pendurhaka dalam 2 Tesalonika 2:7-8 itu mengacu pada si pembinasa keji yang disebutkan Tuhan Yesus sendiri dalam nubuatan-Nya (Mat. 24:15), dan yang juga disebut dalam Daniel 9:27. Di dalam kitab Wahyu, si pendurhaka itu adalah Antikristus (1 Yih. 2:18, band. Why. 6:2; 13:1-10; 19:17-21). Namun demikian, pendurhaka itu belum muncul, kesuali kalau penahannya disingkirkan (2 Tes. 2:7). Pertanyaannya adalah mengenai siapa atau apa yang menahannya. Banyak jawaban terhadap identitas ini, namun yang paling masuk akal si penahan itu adalah Roh Kudus yang bekerja di dalam dan lewat gereja Tuhan. Jika, penahan ini di angkat, maka si pendurhaka keji itu menjadi tanda dimulainya periode tribulasi. Gereja tidak masuk ke dalam priode itu, karena telah diangkat sebelumnya.
            Terdapat penyataan ini, Alkitab menghendaki agar jemaat memperhatikannya dengan sungguh-sungguh. “siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat” (Why. 3:22; band. 13:9).

Mid-Tribulasi
            Pandangan mid tribulasi ini mengajarkan bahwa waktu pengangkatan gereja terjadi di tengah-tengah krisis tujuh kali satu tahun Daniel itu. Jadi gereja masuk dalam parus pertama masa Tribulasi, namun tidak keduanya yang dikenal sebagai Tribulasi Besar.

Post-Tribulsi
            Pandangan Post-tribuasi menekankan bahwa waktu rapture atau pengangkatan gereja terjadi sesudah krisis dunia tujuh kali satu masa Daniel. Ini berarti gereja masuk dalam masa tribulasi.

Partial Tribulation
            Pengangkatan sebagian (partial) mengajarkan bahwa pengangkatan gereja terjadi swcara bertahap, bagian per bagian. Jika orang percaya memenuhi kondisi rohani tertentu seperti kesucian hidup, maka ia diangkat. Jadi pengangkatan bersifat kondisional, tergantung pada kesucian masing-masing orang percaya.

Kristus dan Gereja di Sorga
            Seperti telah dikatakan bahwa istilah eklesia maupun istilah-istilah yang berhubungan dengannya seperti Bapa, Roh Kudus, Kasih Karunia, Damai Sejahtera, Pertobatan, percaya dan iman, tidak muncul lagi dalam Wahyu 4-18. Hal ini tentunya karena gereja sebagai mempelai perempuan sudah diangkat dan dijemput oleh Kristus, mempelai laki-laki itu. Selanjutnya ada dua peristiwa dialami di tambah dengan peristiwa sesudah itu yaitu pengadilan Kristus dan perjamuan Anak Domba Allah.

Kursi Pengadilan
            Penfgadilan ini (bema) tidak berhubungan dengan keselamatan, karena mereka yang diadili adalah sudah menjadi anggota tubuh Kristus. Permasalahannya di sini ialah pemberian pahala karena pelayanan. Seperti yang diungkapkan Rasul Paulus yaitu:
5:8 tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan. 5:9 Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya. 5:10 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat. (2 Kor. 5:8-10).

            Ini bukanya “Purgatory Protestan,” yaitu api penyucian bagi dosa-dosa tersebunyi. Mengapa? Karena keselamatan sudah dijamin oleh anugerah Allah. Jadi dasar baik dan jahat di sini berhubungan dengan masalah hilang atau tidaknya pahala seseorang.
            Jika demikian, mengapa pula Rasul Paulus merasa “takut akan Allah?” karena adanya reply/revew dari hidup dan pelayanannya. Jadi ketakutan di sini berhubungan dengan kegentaran karena kekecewaan melihat hidupnya yang sia-sia dan yang telah dihabiskan bukannya untuk menyatakan ketaatannya kepada Allah tetapi disia-siakan bagi kepalsuan dan kepentingan diri sendiri.

Prinsip-Prinsip Pengadilan
            Tiga lukisan Perjanjian Baru meyatakan prinsip pengadilan itu ialah Lukisan Pengabdian (Rm. 14:10-12), Lukisan Gedung (1 Kor. 3:11-15); dan Lukisan Atlet (1 Kor. 9:24-27).

Likisan Pengabdian (Rm.14:11-15)
            Lukisan pengabdian dinyatakan sebagai pertanggung jawaban kepada Allah. Raport kita harus baik. Tidak perlu menghakimi olrang lain karena daftar nilainya F (Failure) atau bahka D (pas-pasan saja).

Lukisan Gedung (1 Kor. 3:11-15)
            Di dalam 1 Korintus 3:11-15 gedung digunakan sebagai ilustrasi atau lukisan untuk menyatakan prinsip penilaian di dalam pengadilan itu.
            Menurut 3:11, fondasi bangunan itu ialah Yesus Kristus, penyelamat orang beriman. Selanjutnya anak-anak Tuhan membangun dia atas findasi itu.
            Berdasarkan 3:13, pengujian diadakan dengan api yang akhirnya membuktikan corak pekerjaan anak-anak Tuhan. Mereka yang perbuatan dan pekerjaannya hangus dimakan api pastilah kehilangan pahala.
            Di dalam 3:14-15 ditegaskan bahwa meskipun perbuatan dan pekerjaan mereka hangus dimakan api, namun mereka sendiri sebagai anak Allah akan diselamatkan.
            Lukas, 3:12, memberikan nasehat agar pembangunan haruslah dengan bahan/materi yang baik seperti emas, perak atau batu permata, yaitu kualitasnya tinggi (dibungkus kemuliaan Allah)kuantitaspun baik (perluasan kemuliaan itu) dan hal-hal yang bernilai dimata Tuhan. Janganlah kiranya memakai materi kayu, rumput kering, atau jerami, yaitu hal-hal yang tidak berguna yang mudah terbakar oleh api. Perbuatan Kristen haruslah ditinjau dari segi kabadiannya/ kekekalannya (eternal values).

Lukisan Atlet (1 Kor. 9:24-27)
            Di sini pertandingan atletik digunakan sebagai lukisan. Piala itulah yang perlu direnggut, sebab tidak datang sendirinya. Dua bidang atletik digunakan sebagai lukisan di sini adalah perlombaan lari dan pertandingan tinju.
            Dalam kedua cabang olah raga ini, disiplin dan pengendalian diri penting agar tidak bergerak kea rah “nowhere,” seperti pelari yang tidak bertujuan, habis semua potensi, tapi kalah total dana evaluasi terakhir sehingga habis tenaga, Self Defeating, dan tak berbobot.
            Pahala yang dijanjikan tidak akan layu dan rusak, sebab kekal adanya. Peryataan Tuhan Yesus yang ditulis dalam Wahyu 2 dan 3 bisa juga dicermati sebagai sifat-sifat gereja yang perlu diperhatikan. (Lih. Why. 19:8).

Macam-Macam Pahala
            Pekerjaan yang terbukti abadi sesudah diuji akan mendapatkan pahala. Alkitab mencatat ada lima jenis pahala bagi orang percaya, yaitu pertama, mahkota yang tidak binasa bagi mereka yang mampu melakukan/mengalahkan manusia lamanya (1 Kor. 9:25); kedua, mahkota sukacita bagi pemenang-pemenang jiwa (1 Tes. 2:19); ketiga, mahkota hayat bagi mereka yang tahan terhadap penderitaan (Yak. 1:12); keempat, mahkota kebenaran bagi mereka yang menantikan kedatangan-Nya (2 Tim. 4:8); dan kelima, mahkota kemilaan bagi mereka yang besedia memelihara domba-domba Allah (1 Petrus 5:4).
            Perlu dicatat bahwa istilah mahkota yang dipakai untuk orang-orang beriman ialah “Stephanos,” sedangkan yang diakai untuk Tuhan, Raja atas segala Raja, ialahDiadema. Wahyu 4:10 mengungkapkan bahwa mahkota milik orang percaya, yakni stephanos, diletakkan di kaki Kristus sebagai tanda mempermuliakan Dia. Ini sesuai dengan tujuan kekal orang-orang percaya (1 Kor. 6:20).
            Jadi mahkota bersifat sementara tetapi yang kapasitasnya mempermuliakan Allah yang kekal. Hal ini diungkapkan dengan pengertian “terang” dan “bercahaya” (Dan. 12:3; Mat. 13:43; 1 Kor. 15:40,41,49). Jadi sasaran pahala bukannya kepuasaan kita, sehingga tidak aka ada perbedaan aantara kita. Dan besar kecilnya pahala menunjukkan besar kecilnya kapasitas membawa kemuliaan bagi Allah. Yang melihat perbedaan itu terutama, ialah Allah sendiri.

Perkawinan Kristus dan Gereja-NYa
            Beberapa nas penting dalam Alkitab yang membicarakan doktrin perkawinan Anak Domba Allah dengan gereja-Nya adalah, pertama, Efesus 5:22-27 yang memberikan gambaran hubungna antara suami-istri dengan hubungan Kristus-Jemaat; kedua, Matius 22:1-4 dan 25:1-13 yang menekankan adanya undangan bagi mereka yang siap menyongsong sang mempelai itu; dan ketiga, Wahyu 19:7-9 yang menyerukan, “…Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.”
            Perjanjian BAru menggambarkan pesta perkawinan anak domaba itu debgab menggunakan gambaran mempelai laki-laki dan mepelai perempuan. Nas-nas Perjanjian Baru itu, ialah; Yohanes 3:29; Roma 7:4; 2 Korintus 11:2; Efesus 5:25-33; Wahyu 19:7-8; 21:1-22:7.
            Sedangkan waktu perkawinan itu ialah di anyara pengangkatan gereja dan kedatangan Kristus kedua kali. Kata “telah tiba” (Erthon) dalam Wahyu 19:7 terdapat dalam bentuk aorist, yang dalam bahasa Yunani berarti kegiatan perkawinan itu sudah terjadi di kala kedatangan Kristus kedua kali. Wahyu 19:8 menunjukkan bahwa mempelai perempuan sudah bersalutkan perbuatan-perbuatan benar orang-orang kudus, yang tentunya diperoleh pada peristiwa “bena” Kristus. Jadi perkawinan Anak Dombaa ini terjadi di antara peristiwa Bema Kristus dan kedatangan Kristus kedua kali.
            Dan pesta perkawinan tersebut menurut Daniel 12:1-3 dan Yesaya 26:19-21 bukanlah saleh-saleh Perjanjian Lama, sebab mereka akan bangkit sesudah kedatangan Kristus Kedua Kali. Juga Wahyu 20:4-6 menjelaskan bahwa merek yang mati syahit pada masa Tribulasi tidak akan bamgkit sebelum kedatangan Krisatus Kedua kali. Jadi satu-satunya peserta yang cock disini, ialah gereja.
            Dan Wahyu 19:7,8,14 menjelaskan bahwa peristiwa ini terjadi di Sorga, berbeda dari pesta perkawinan seperti tertera dalam MAtius 25:1-13, karena pengadilan dalam Matius 25 mengambil tempat di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar