BAB V
PENGANGKATTAN GEREJA
(RATURE) DAN
PERISTIWA-PERISTIWA
SESUDAH ITU
Pengangkatangereja
merupakan peristiwa nyata yang pasti akan tejadi. Dalam peristiwa ini kelak
gerja atau orang-orang percata atau (mempelai wanit” akan diangkat untuk
menyongsong Yesus Kristus “Memeplai Pria,” di amgkasa, dan selamjutnya
melakukan prosesi memasuki sorga. Peristiwa ini disebut sebagai (Rapture),”
sebuah istilah yang diambil dari bahsa latin yang berarti diangkat “caught up.”
Dlama
kesempatan ini, pokok-pokok yang dibicarakan adalah dasar Alkitabiah bagi
Doktrin pengangkatan gereja, urutan peristiwa saesudah pengangkatan, aykni
pengadilan terhadap orang-orang percaya dan persekutuan antara Kristus dengan
gereja-Nya.
Dasar Alkitabiah
Meskipun
istilah raptur bukan dari bahasa asli Alkitab, namun doktirn pengangkatan
gereja ini sendiri didasarkan pada kenyataan Alkitab. Ada tiga nas penting yang
menyatakan pokok ini, yaitu 1 Tesalonika 4:13-18, 1 Korintus 15:51-58, dan
Yohanes 14:1-3. Penjelasan lebih lanjut tentang doktrin ini akan diberikan
secara terperinci dalam eksposisi terhadap ketiga nas tersebut.
Penjelasan 1
Tesalonika 4:13-18
Surat-surat
kiriman kepada jemaat di Tesalonika, takni 1 dan 2 Tesalinika, mungkin sekali
merupakan surat-surat yang diwahyukan Allah terdahulu melalui Rasul Paulus,
atau surat ini diyakinia sebagai surat kiriman yang pertama kali ditulis oleh
Paulus. Kedatangan kristus kedua kali disebut hampir disetiap pasal buku
ini,misalnya1 Tesalonika 1:10,2:19; 3:13; 5:23 dan 2 Tesalonika 1-12; 3:5.
Barangkali nas yang paloig klasik ialah 1 Tesalonika 4:13-5:11. Bahkan 2
Tesalonika 1;&-10 menandaskan bahwa Kristus akan datang untuk mendirikan
kerajaan-Nya di bumi
Kedatangan
Kristus kedua kali merupakan salah satu tema sentral dari surat-surat Tesalonika.
Berkut ini nas-nas dalam surat 1 dan 2 Tesalonikayang berbicara tentang hal
tersebut. Prtama, 1 Tesalonika 1:10 berisi nasehat agar “menantikan kedatangan
Anak Allah”;” kedua, di dalam 1 Tesalonika 2:19 kedatangan Kristus kedua kali
dikaitkan dengan “perkembangan rohani” yang indah dan kesaksian yang mantap
dari jemaat Tesalonika; Ketiga, di dalam 1 Tesalonika 3:13 penantian kedatabgab
Kristus kedua kali utuk menyambut gereja-Nya dikaitkan dengan keharusan untuk
mengembangkan kasih diantara sesana orang percaya (1 Tes. 3:12). Rupanya
kesucian hidup orang beriman berhubungan erat dengan kedatangan Kristus kedua
kali. Dan keempat, 1 Tesalonika 4:13-14 menunjukkan bahwa konsep kedatangan
Kristus kedua kali untuk menyongsong gereja-Nya merupakan ajaran penghiburab
yang penting sekali, sehingga mendapat perhatian yang cukup besar dari rasul
Paulus. Ia menghendaki agar orang Kristen mengetahui aspek-aspeh terperinci
dari asas-asas ini supaya mereka “jangan berduka cita seperti orang-orang lain
yang tidak mempunyai pengharapan.
Terkait
dengan 1 Tesalonika 4:13-14, Rasul Paulus memulai penjelasan tentang hal ini
kepada jemaat Tesalonika, karena timbulnya pertanyaan apakh kematian orang
percaya sebelum kedatangan Kristus kedua kali menyebabkan seorang tidak berkesempatan
memerintah bersama Kristus. Rasul Paulus menjawa secara positif dan meyakinkan
bahwa ada kebangkitab orang mati dan ada bagian pelayanan mereka di dalam
Kerajaan Anak Allah. Ini adalah dasar utama tentang pengharapan gereja akan
kebangkitan dan pengangkatan.
Dasar Pengharapan
Akan Pengangkatan (4:13-14)
Di dalam
ayat 13 dan 14 Paulus meyakinkan anak-anak Allah akan adanya pengharapan
tersebut dengan menggunakan istilah “koimaomai” untuk mereka yang telah mati di
dalam Kristus. Di dalam Alkitab versi LAI istilah ini diterejemahkan sebagai
“meninggal.” Namun demikian, kata itu semestinya berarti “mereka yang tertidur”
yang mengandung arti “sementara,” yaitu bagi tubuh (ay. 13). 2 Korintus 5:8 dan
Filipi 1:23 memastikan bahwa yang mati dan tidak bergiat disini ialah bagian
materi manusiawi orang prcaya, sedangkan bagian immateri (rohnya), akan bergiat
dalam persekutuan dengan Tuhan Yesus di Firdau. (Lih. Chart 4: tempat orang
mati sebelum pengangkatan).
Alasan yang
digunakan Paulus untuk meyakinkan jemaat adalah karena kita percaya bahwa
kebangkitan Kristen itu beralas; bertumpu; dan berdasar pada kebangkitan
Kristus. Ungkapan “ei gar pisteuomen” yang diterjemahkan “karena jikalau kita
percaya” dalam 4:4 sebenarnya menekankan dasar pengharapan anak-anak Allah akan
kebangkitan tubuh, yakni keyakinan pada fakta historis akan kebangkitan
Kristus, Lihat Chart 7. (skema Peristiwa-peristiwa Dunia (Premillenilism).
Wahyu Tentang
Pengharapan Akan Pengangkatan (4:15-17)
Di dalam 1
Tesalonika 4:15-17 rasul Paulus menyingkapkan wahyu Allah tentang dua hal
penting yaitu “kedatangan Kristus Kedua Kali” (4:5) dan “pengangkatan gereja”
(4:16-17). Terkait dengan kedatangan
Kristus, rasul Paulus menulis, “…pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu
penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri
akan turun dari sorga” (4:16). Sumber keyakinan berkenaan dengan kedatangan
Kristus kedua kali adalah perkataan Tuhan Yesus sendiri. Di dalam Injil Matius,
Tuhan Yesus mengajarkan,
“24:30 Pada waktu itu akan tampak tanda Anak
Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat
Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan
kemuliaan-Nya.
24:31 Dan Ia
akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala yang
dahsyat bunyinya…” (Mat. 24:30-31a)
Sedangkan tentang pengangkatan
gereja atau rapture, rasul Paulus menulis, “…mereka yang mati dalam Kristus
akan lebih dahulu bangkit, sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal,
akan di angkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di
angkasa” (1 Tes. 4:16b, 17). Dasar pengajaran ini dikemukakan Tuhan Yesus
sendiri sebagaimana di catat dalam Matius 24:21b dan Yohanes 6:39,40
“…dan mereka akan mengumpulkan orang-orang
pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung
langit yang lain. (Mat. 24:31b)
6:39 Dan Inilah kehendak Dia yang telah
mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan
ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. 6:40 Sebab inilah
kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya
kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir
zaman." (Yoh. 6:39,40).
Dengan demikian
Paulus juga menjelaskan bahwa pengangkatan itu trjadi pada waktu Tuhan datang
di angkasa. Kedatangan-Nya sendiri disertai dengan adanya tanda yang dalam
konteks Yunani adalah “keleusma” sebuah istilah yang berarti “a loud command”
atau perintah dengan suaru keras seperti yang diberikan oleh seorang pemimpin
battalion untuk membangunkan orang tidur. Dalam konteks ini tentunya “keleusma”
itu dimaksudkan sebagai eprintah bagi orang percaya yang sedang tidur atau
meninggal dunia agar bangun dari tidur atau bangkit dari kematian. Hal ini
terjadi pada “waktu penghulu malaikat berseru,” yang dimaksud disini adalah
Mikhael.
Selain
serua malaikat, kedatangan Tuhan diangkasa juga ditandai dengan bunyi
sangkakala (4:16). Pernyataan rasul Paulus ini juga dikemukakan dalam 1
Korintis 15:52 yang berkata “Sangkakala Allah berbunyi” (1 Kor. 15:52). Sumber
ajaran Paulus ini tentunya adalah Tuhan Yesus sendiri (band. Mat. 24:31).
Sesudah
orang mati dalam Kristus bangkit, maka Tuhan mengangkat semua orang percaya
bersama-sama kea wan-awan menyongsong Tuhan di angkasa. Hal yang tidak akan
terjadi disebutkan dalam ayat 15, yaitu “kita yang hidup tidak akan diangkat
lebih dahulu.” Artinya, pengangkatan itu terjadi secara bersama-sama. Peristiwa
pengangkatan orang percaya ini disebut sebagai “rapture.”
Reui Semua Orang
Percaya (1 Tes, 4:17-18)
Sesudah
pengangkatan itu, di dalam ayat 17 dijelaskan akan terjadi “reuni semua orang
percaya. “ reuni ini terjadi “di udara” bukan du bumi. Jadi, ini merupakan
suatu pertemuan besar di udara di mana semua orang percaya dari segala tempat
dan abad berkumpul di udara bersama dengan Tuhan Yesus. Reuni ini terjadi
sebelum masa Tribulasi (why. 3:10).
Terhadap
semuanya ini, di dalam ayat 18, Rasul Paulus menyatakan bahwa tujuan penyataan
itu adalah untuk menghiburkan orang-orang percaya. Penghiburan dan pengharapan Kristen
memilki kontras yang sangat tajam bila dibandingkan dengan ketidakadaan harapan
orang-orang yang tidak percaya dalam menghadapi kematian. Tujuan penghiburan
itu bersifat imperative, atau merupakan keharusan. “Parakaleite,” digunakan
dengan arti “hiburkanlah!” (band. 1 Kor. 15:58).
Pengangkatan
gereja itu menjadi awal bagi Masa Tribulasi (Why. 4-10) yang terjadi hingga
waktu Tuhan Yesus turun ke Bumi (Mat. 24:29-30; Why. 19:11-16). Sementara itu
orang percaya selanjutnya akan melakukan prosesi atau berbaris masuk “ke sorga
bersama Tuhan” yang sudah menyambut mereka. Namun lain dari tempat sorgawi ke
mana orang percaya masuk beersama Kristus ialah “Rumah Bapaku” (Yoh. 14:2). Ini
merupakan klimaks kelahiran baru yang juga “perfected sanctification”
(penyucian sempurna).
Prasyarat Bagi Hidup
Berpengharapan
Keadaan
“tidak berpengharapan” atau “no hope” merupakan kondisi fatal dari orang yang
didup diluar anugerah Allah dan yang belum memiliki pengampunan dan penyucian
oleh darah Kristus di dunia ini. Bagi mereka tidak ada kesempatan kedua, tidak
ada masa percobaan, dalam kekekalan, tidak ada purgatory (api penyucian) yang
merupakan tempat penggojlogan oleh api yang akhirnya menyelamatkan. Firman
Tuhan jelas, bahwa kondisi mereka di masa depan ialah keputusasaan belaka.
Sebaliknya
bagi orang beriman, kedatangan Kristus kedua kali merupakan penuh pengharapan.
Pengharapan bukan saja karena masa depan mereka yang pasti dan cerah di sisi
Tuhan, melainkan juga karena bayangan orang beriman yang sudah mendahului
mereka juga memiliki pengharapan yang sama. Bahkan konsep pengharapan Kristen
jugga merupakan aspek yang fundamental dalam iman Kristiani. Firman Allah
mengatakan “jikalau kita percaya bahwa Yesus Kristus telah mati dan bangkit,”
maka kita memiliki pengharapan mulia itu.
Ternyata,
kebenaran tentang kedatangan Kristus kedua kali berkaitan erat dengan hakekat
utama dari pada iman Kristen, yaitu kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Penerimaan dari hakekat iman inilah yang merupakan prasyarat utama bagi hidup
berpengharapan itu. Hal ini ditegaskan Rasul Paulus dalam Roma 10:9 yang
mengatakan: “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan,
dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang
mati, maka kamu akan diselamatkan.”
Pokok Pikiran 1
Tesalonika 4
Dari nas 1
Tesalonika 4 dapat ditarik kesimpulan bahwa terminology rapture setidaknya
menyatakan beberapa pokok pikiran sebagai berikut, yakni (1) Tuhan akan datang
dari sorga menyongsong gereja-Nya di udara, dan kemabli ke sorga; (2)
Kedatangan-Nya di tandai dengan sebuag tanda (komando) dengan seruan penghulu
malaikat, dan bunyi Sangkakala Allah ;
(3) Pada saat itu orang-orang yang mati di dalam iman kepada Kristus akan
dibangkitkan untuk bersatu dengan jiwa-jiwa dan roh-roh mereka yang datang
bersama-sama dengan Kristus dari sorga (1 Tes. 4:14); (4) Orang-orang percaya
yang masih hidup secara spontan dengan sekejap mata diangkat dan menyonsing
Tuhan di udara dan tanpa mati diubah dan diberikan eksistensi Sorgawi mereka;
(5) Sesidah bertemu dengan Tuhan di udara, orang-orang saleh yang diubah itu
akan bersama-sama dengan Tuhan selama-lamanya (1 Tes. 4:17); dan (6) Firman ini
diikuti oleh firman berikutnya yang membicarakan masa penuangan murka Allah ke
atas bumi, yaitu masa Tribulasi.
Penjelasan 1 Korintus
15:51-58
1 Korintus
merupakan surat yang ditulis Rasul Paulus menjelang akhir pelayanannya selama
tiga tahun di Efesus (Kis. 16:5-9; dan 20:31) pada sekitar tahun 55 M. surat
ini sebenarnya merupakan tanggapan rasul Paulus terhadap laporan dari keluarga
Kloe (1:11) mengenai permasalahan perpecahan yang terjadi dalam jemaat
(1:10-4:21) dan kegagalan moral yang mereka alami (5-6). Selain itu, surat ini
juga merupakan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan jemaat yang disampaikan
lewat utusan mereka Stefanus, Fortunatus, dan Akhaikus (16:15). Pertanyaan yang
mereka ajukan di ataranya adalah masalah pernikahan (1 Kor. 7), kemerdekaan Kristen
( 1 Kor. 8-14), dan perihal kebangkitan (1 Kor. 15).
Di dalam
suratnya ini PAulus juga membicarakan unsure dalam doktrin pengangkatan gereja
(1 Kor. 15:51-58), dan pokok ini disampaikannya sebagai bagian dari uraian
tentang doktrin kebangkitan orang percaya (1 Kor. 15). Pokok-pokok yang
dibicarakan dalam 1 Korintus 15 ini menjadi konteks yang melatar belakangi
perihal pengangkatan gereja. Pokok-pokok itu adalah pentingnya kebangkitan di
dasarkan atas kebangkitan Kristus (15:1-11); parahnya penyangkalan akan konsep
kebangkitan, seperti oleh kaum Saduli (15:12-19); pastinya pengharapan Kristen
(15:20-34); pastinya kebangkitan tubuh (15:35-50); dan pernyataan suatu
“rahasia” kemenangan Kristen melalui Kristus (15:51-58).
Pandangan Ekstrim
Tentang Tubuh Kebangkitan
Terkait
dengan pertanyaan kebangkitan orang percaya, ada dua ekstrim yang umum yaitu
materilistik dan maya. Pandangan materialistic erat terkait dengan pandangan
Epikurianisme yang bersikap skeptic terhadap kebangkitan orang mati, karena
merasa bahwa tubuh ini hanyalah bersifat materialistic, dan kehidupan terjadi
karena interaksi dari semua unsure lahiriah yang menyusun tubuh ini. Jika tubuh
ini mati, maka dia menjadi rusak, dan tidak mungkin bisa bangkit kembali.
Kebalikan
dari pandangan materialistic ini adalah pandangan yang bersifat optimistic
terhadap kebangkitan orang mati, namun memandang tubuh kebangkitan itu hanyalah
bersifat maya, tidak memiliki sifat material. Pandangan ini berakar dari paham
dualism yang menyatakan bahwa segala unsure material itu jahat, sedangkan
unsure spiritual itu baik. Tubuh kebangkitan itu mulia dan suci, dan karenanya
harus bersifat spiritual, kelihatannya material, tetapi realitasnya non
material (band. Docetisme).
Teori ini
mendasarkan pandangannya pada kenyataan pada pernyataan dalam pasal 15:48 bahwa
orang yang dibangkitkan itu menjadi manusia sorgawi yang diciptakan untuk
menempati sorga, sama dengan Kristus yang berasal dari sorga. Berdasarkan 1
Korintus 15:49, “rupa dari yang sorgawi” atau “the image of the Heavenly”
(NASV) itu berarti bahwa tubuh kebangkitan itu serupa dengan tubuh kebangkitan
Yesus Kristus. Tubuh kebangkitan macam ini tidak bersifat material, karena
daging dan darah tidak dapat tempat dalam Sorga. Mortal tak bisa masuk Immortal
(15:50).
Orang Percaya Yang
Hidup Ketika Yesus Kembali
Pertanyaan
selanjutnya yang timbul adalah, apakah yang terhadi dengan mereka yang tidak
mati sampai Yesus kembali untuk menyongsong umat-Nya? Di dalam 1 Korintus 15:51
diungkapkan rahasia Allah, yaitu bahwa “kita tidak akan mati semuanya, tetapi
kita semuanya akan diubah” (1 Tes. 4:15). Sebab ada yang masih akan tetap
tinggal sampai Tuhan Yesus kembali menjemput keluarga-Nya.
Meskipun
demikian hasilnya sama. “kita semua akan diuabah” (1 Kor. 15:51b), dan peristiwa
itu terjadi “dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir” (1 Kor.
15:52a). kita hidup, dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa (1 Tes. 14:17).
Kepercayaan
yang kokoh kepada kebangkitan dan pengharapan akan hal-hal yan datang akan memberikan
insentif (rangsangan) bagi pelayanan masa kini.
“15:58. Karena itu, saudara-saudaraku yang
kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan
Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak
sia-sia”(1 Kor. 15:58).
Penjelasan Yohanes
14:1-3
Nas ini
disampaikan Tuhan dalam perjamuan terakhir dengan para murid-Nya (Yoh. 14:1-2).
Menyadari bahwa saatnya sudah tibah untk beralih dari dunia ini kepada
Bapa-Nya. Maka Tuhan Yesus mempersipkan hati meraka bagi peristiwa ini. Untuk
itu Tuhan berterus terang menyatakan bahwa seketika saja lagi lamanya, maka Ia
akan pergi (Yoh. 13:33). Ini tentunya menimbulkan kegelisahan di hati mereka.
Menanggapi kesedihan itu, Tuhan Yesus berkata,
14:1. "Janganlah gelisah hatimu;
percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.14:2 Di rumah Bapa-Ku banyak
tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab
Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.14:3 Dan apabila Aku telah
pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan
membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.
(Yoh. 14:1-3)
Kata-kata
ini menghibur para murid, karena di dalamnya Tuhan Yesus menjelaskan ke mana dan
untuk tujuan apa Dia pergi meninggalkan mereka. Lalu, di dalam nas itu juga
Tuhan brjanji bahwa Ia akan datang kembali untuk menjemput mereka para
murid-Nya guna di bawah ke rumah Bapa. Janji Tuhan bahwa Dia aka datang kembali
inimembrikan dasar Alkitabiah yang kuat bagi doktrin “rapture” atau
pengangkatan gereja. Pernyataan Tuhan ini juga memberikan aspek lain dari
doktrin “rapture,” yakni kaitannya dengan kedatangan pertama, pekerjaan-Nyapada
masa kini, dan tujuan dari rapture itu sendiri.
Urutan Peristiwa
Rapture
Berdasarkan
fakta Alkitab yang dikemukakan dalam eksposisi di atas, maka di sini akan
dijelaskan secara rinci urut-urutan peristiwa pengangkatan gereja sebagai
berikut.
1. Yesus
menyongsong mempelai perempuan di udara;
2. Kebangkitan
mereka yang mati dalam Kristus;
3. Pengankatan
orang percaya yang masih hidup;
4. Perubahan
tubuh tak kekal (mortal atau fana) menjadi tubuh kekal (immortal, baka atau
kekal); dan
5. Pertemuan
di udara dengan Kristus dan selanjutnya naik bersama Dia ke Sorga.
Penempatan Waktu
Rapture
Pertanyaan
selanjutnya adalah mengenai waktu terjadinya pengangkatanb Gereja dalam
hubungannya dengan tribulasi di bumi.terkait dengan ini, terdapat empat
pandangan utama, yakni pretribulasi, midtribulasi, postribulasi, dan partial
tribulasi.
Pre-Tribulasi
Teori
pretribulasi mengajarkan bahwa pengangkatan gereja terjadi sebelum terjadinya
Krisi besar selama 7X1 Tahun yang dinubuatkan Daniel (9:27). Dasar Alkitabiah
untuk pandangan ini, pertama-tama, adalah Wahyu 3:10,
3:10 Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk
tekun menantikan Aku, maka Akupun akan melindungi engkau dari hari pencobaan
yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi.
Di dalam
Wahyu 3:10 ini Tuhan menegaskan bahwa Ia akan melindung gerejan-Nya dari hari
tersebut. Hari pencobaan dipanang sebagai masa tribulasi karena pencobaan itu
sifatnya universal, artinya terjadi di seluruh dunia.
Ungkapan
“melindungi engkau dari hari” yang diterjemahkan dari bahasa asli Alkitab
Perjanjian Baru yaitu “tereso ek tes horas” memberikan kesan seolah-olah gereja
masuk ke masa tribulasi. Namun sebenarnya harus diterjemahkan “melindungi”
(tereso) “keluar” (ek) “hari atau masa” (horas) pencobaan yang akan datang atas
seluruh bumi. Jadi dari pemakaian kata “ek” berarti gereja dikeluarkan dan
tidak memasuki masa tribulasi. Pengangkatan ialah pada pratribulasi atau
pretribulasi.
Nas kedua
yang medasari teori pretribulasi adalah 1 Tesalonika 1:10
“1:10 dan untuk menantikan kedatangan
Anak-Nya dari sorga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu
Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang.” (1 Tes. 1:10).
Jelas bahwa
murka yang dimaksud disini bukanlah semua jenis kesukaran, karena sifatnya
masih akan datang. Jadi, bersifat eskatologis, dan lebih mengacu kepada krisis
besar yang terjadi selama satu kali tujuh masa Daniel. Pokok yang mau
ditekankan di sini adalah bahwa Tuhan akan menyelamatkan gereja-Nya dari masa
murka itu. Artinya, gereja tidak masuk ke dalam masa tribulasi itu. Ini
menunjukkan bahwa gereja diangkat sebelum periode tribulasi itu.
Selanjutnya,
di dalam 1 Tesalonika 5:9 Rasul Paulus menulis bahwa Allah telah menetapkan
agar gereja-Nya tidak ditimpa oleh kemurkaan-Nya, tetapi memperoleh keselamatan
oleh Yesus Kristus. Konteksnya, yaitu tentang kedatangan Kristus untuk
mengangkat gereja-Nya (1 Tes. 4:13-17) dan tentang waktu kedatangan pada hari
Tuhan yang bersifat seperti pencuri dan yang mendatangkan kebinasaan bagi
mannusia di bumi (1 Tes. 5:1-3) memperlihatkan bahwa pengangkatan gereja memang
dimaksudkan untuk menyelamatkannya dari kemurkaan atas bumi yang datangnya pada
hari Tuhan (5:9). Kemurkaan itu bukan penghukuman akhir di neraka, karena
terjadi atas mereka yang diam di bumi . kemurkaan besar yang terjadi dibumi
adalah maa Tribulasi tujuh tahun Daniel itu (Band. Wahyu 6:17).
2
Tesalonika 2:7-8 merupakan nas lain yang menjadi dasar bagi teori pretribulasi
2:7 Karena secara rahasia kedurhakaan telah
mulai bekerja, tetapi sekarang masih ada yang menahan. Kalau yang menahannya
itu telah disingkirkan,
2:8 pada waktu itulah si pendurhaka baru akan
menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulut-Nya
dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali. (2 Tes. 2:7,8)
Jelaslah si
pendurhaka dalam 2 Tesalonika 2:7-8 itu mengacu pada si pembinasa keji yang
disebutkan Tuhan Yesus sendiri dalam nubuatan-Nya (Mat. 24:15), dan yang juga
disebut dalam Daniel 9:27. Di dalam kitab Wahyu, si pendurhaka itu adalah
Antikristus (1 Yih. 2:18, band. Why. 6:2; 13:1-10; 19:17-21). Namun demikian,
pendurhaka itu belum muncul, kesuali kalau penahannya disingkirkan (2 Tes.
2:7). Pertanyaannya adalah mengenai siapa atau apa yang menahannya. Banyak
jawaban terhadap identitas ini, namun yang paling masuk akal si penahan itu
adalah Roh Kudus yang bekerja di dalam dan lewat gereja Tuhan. Jika, penahan
ini di angkat, maka si pendurhaka keji itu menjadi tanda dimulainya periode
tribulasi. Gereja tidak masuk ke dalam priode itu, karena telah diangkat
sebelumnya.
Terdapat
penyataan ini, Alkitab menghendaki agar jemaat memperhatikannya dengan
sungguh-sungguh. “siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar ia mendengarkan apa
yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat” (Why. 3:22; band. 13:9).
Mid-Tribulasi
Pandangan
mid tribulasi ini mengajarkan bahwa waktu pengangkatan gereja terjadi di
tengah-tengah krisis tujuh kali satu tahun Daniel itu. Jadi gereja masuk dalam
parus pertama masa Tribulasi, namun tidak keduanya yang dikenal sebagai
Tribulasi Besar.
Post-Tribulsi
Pandangan
Post-tribuasi menekankan bahwa waktu rapture atau pengangkatan gereja terjadi
sesudah krisis dunia tujuh kali satu masa Daniel. Ini berarti gereja masuk
dalam masa tribulasi.
Partial Tribulation
Pengangkatan
sebagian (partial) mengajarkan bahwa pengangkatan gereja terjadi swcara
bertahap, bagian per bagian. Jika orang percaya memenuhi kondisi rohani
tertentu seperti kesucian hidup, maka ia diangkat. Jadi pengangkatan bersifat
kondisional, tergantung pada kesucian masing-masing orang percaya.
Kristus dan Gereja di
Sorga
Seperti
telah dikatakan bahwa istilah eklesia maupun istilah-istilah yang berhubungan
dengannya seperti Bapa, Roh Kudus, Kasih Karunia, Damai Sejahtera, Pertobatan,
percaya dan iman, tidak muncul lagi dalam Wahyu 4-18. Hal ini tentunya karena
gereja sebagai mempelai perempuan sudah diangkat dan dijemput oleh Kristus,
mempelai laki-laki itu. Selanjutnya ada dua peristiwa dialami di tambah dengan
peristiwa sesudah itu yaitu pengadilan Kristus dan perjamuan Anak Domba Allah.
Kursi Pengadilan
Penfgadilan
ini (bema) tidak berhubungan dengan keselamatan, karena mereka yang diadili
adalah sudah menjadi anggota tubuh Kristus. Permasalahannya di sini ialah
pemberian pahala karena pelayanan. Seperti yang diungkapkan Rasul Paulus yaitu:
5:8 tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka
kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan. 5:9 Sebab itu juga kami
berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya,
supaya kami berkenan kepada-Nya. 5:10 Sebab kita semua harus menghadap takhta
pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya,
sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat. (2 Kor.
5:8-10).
Ini bukanya
“Purgatory Protestan,” yaitu api penyucian bagi dosa-dosa tersebunyi. Mengapa?
Karena keselamatan sudah dijamin oleh anugerah Allah. Jadi dasar baik dan jahat
di sini berhubungan dengan masalah hilang atau tidaknya pahala seseorang.
Jika
demikian, mengapa pula Rasul Paulus merasa “takut akan Allah?” karena adanya
reply/revew dari hidup dan pelayanannya. Jadi ketakutan di sini berhubungan
dengan kegentaran karena kekecewaan melihat hidupnya yang sia-sia dan yang
telah dihabiskan bukannya untuk menyatakan ketaatannya kepada Allah tetapi
disia-siakan bagi kepalsuan dan kepentingan diri sendiri.
Prinsip-Prinsip
Pengadilan
Tiga
lukisan Perjanjian Baru meyatakan prinsip pengadilan itu ialah Lukisan
Pengabdian (Rm. 14:10-12), Lukisan Gedung (1 Kor. 3:11-15); dan Lukisan Atlet
(1 Kor. 9:24-27).
Likisan Pengabdian
(Rm.14:11-15)
Lukisan
pengabdian dinyatakan sebagai pertanggung jawaban kepada Allah. Raport kita
harus baik. Tidak perlu menghakimi olrang lain karena daftar nilainya F
(Failure) atau bahka D (pas-pasan saja).
Lukisan Gedung (1
Kor. 3:11-15)
Di dalam 1
Korintus 3:11-15 gedung digunakan sebagai ilustrasi atau lukisan untuk
menyatakan prinsip penilaian di dalam pengadilan itu.
Menurut
3:11, fondasi bangunan itu ialah Yesus Kristus, penyelamat orang beriman.
Selanjutnya anak-anak Tuhan membangun dia atas findasi itu.
Berdasarkan
3:13, pengujian diadakan dengan api yang akhirnya membuktikan corak pekerjaan
anak-anak Tuhan. Mereka yang perbuatan dan pekerjaannya hangus dimakan api
pastilah kehilangan pahala.
Di dalam
3:14-15 ditegaskan bahwa meskipun perbuatan dan pekerjaan mereka hangus dimakan
api, namun mereka sendiri sebagai anak Allah akan diselamatkan.
Lukas,
3:12, memberikan nasehat agar pembangunan haruslah dengan bahan/materi yang
baik seperti emas, perak atau batu permata, yaitu kualitasnya tinggi (dibungkus
kemuliaan Allah)kuantitaspun baik (perluasan kemuliaan itu) dan hal-hal yang
bernilai dimata Tuhan. Janganlah kiranya memakai materi kayu, rumput kering,
atau jerami, yaitu hal-hal yang tidak berguna yang mudah terbakar oleh api.
Perbuatan Kristen haruslah ditinjau dari segi kabadiannya/ kekekalannya
(eternal values).
Lukisan Atlet (1 Kor.
9:24-27)
Di sini
pertandingan atletik digunakan sebagai lukisan. Piala itulah yang perlu
direnggut, sebab tidak datang sendirinya. Dua bidang atletik digunakan sebagai
lukisan di sini adalah perlombaan lari dan pertandingan tinju.
Dalam kedua
cabang olah raga ini, disiplin dan pengendalian diri penting agar tidak
bergerak kea rah “nowhere,” seperti pelari yang tidak bertujuan, habis semua
potensi, tapi kalah total dana evaluasi terakhir sehingga habis tenaga, Self
Defeating, dan tak berbobot.
Pahala yang
dijanjikan tidak akan layu dan rusak, sebab kekal adanya. Peryataan Tuhan Yesus
yang ditulis dalam Wahyu 2 dan 3 bisa juga dicermati sebagai sifat-sifat gereja
yang perlu diperhatikan. (Lih. Why. 19:8).
Macam-Macam Pahala
Pekerjaan
yang terbukti abadi sesudah diuji akan mendapatkan pahala. Alkitab mencatat ada
lima jenis pahala bagi orang percaya, yaitu pertama, mahkota yang tidak binasa
bagi mereka yang mampu melakukan/mengalahkan manusia lamanya (1 Kor. 9:25);
kedua, mahkota sukacita bagi pemenang-pemenang jiwa (1 Tes. 2:19); ketiga,
mahkota hayat bagi mereka yang tahan terhadap penderitaan (Yak. 1:12); keempat,
mahkota kebenaran bagi mereka yang menantikan kedatangan-Nya (2 Tim. 4:8); dan
kelima, mahkota kemilaan bagi mereka yang besedia memelihara domba-domba Allah
(1 Petrus 5:4).
Perlu
dicatat bahwa istilah mahkota yang dipakai untuk orang-orang beriman ialah
“Stephanos,” sedangkan yang diakai untuk Tuhan, Raja atas segala Raja, ialahDiadema.
Wahyu 4:10 mengungkapkan bahwa mahkota milik orang percaya, yakni stephanos,
diletakkan di kaki Kristus sebagai tanda mempermuliakan Dia. Ini sesuai dengan
tujuan kekal orang-orang percaya (1 Kor. 6:20).
Jadi
mahkota bersifat sementara tetapi yang kapasitasnya mempermuliakan Allah yang
kekal. Hal ini diungkapkan dengan pengertian “terang” dan “bercahaya” (Dan.
12:3; Mat. 13:43; 1 Kor. 15:40,41,49). Jadi sasaran pahala bukannya kepuasaan
kita, sehingga tidak aka ada perbedaan aantara kita. Dan besar kecilnya pahala
menunjukkan besar kecilnya kapasitas membawa kemuliaan bagi Allah. Yang melihat
perbedaan itu terutama, ialah Allah sendiri.
Perkawinan Kristus
dan Gereja-NYa
Beberapa
nas penting dalam Alkitab yang membicarakan doktrin perkawinan Anak Domba Allah
dengan gereja-Nya adalah, pertama, Efesus 5:22-27 yang memberikan gambaran
hubungna antara suami-istri dengan hubungan Kristus-Jemaat; kedua, Matius
22:1-4 dan 25:1-13 yang menekankan adanya undangan bagi mereka yang siap
menyongsong sang mempelai itu; dan ketiga, Wahyu 19:7-9 yang menyerukan,
“…Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.”
Perjanjian
BAru menggambarkan pesta perkawinan anak domaba itu debgab menggunakan gambaran
mempelai laki-laki dan mepelai perempuan. Nas-nas Perjanjian Baru itu, ialah;
Yohanes 3:29; Roma 7:4; 2 Korintus 11:2; Efesus 5:25-33; Wahyu 19:7-8;
21:1-22:7.
Sedangkan
waktu perkawinan itu ialah di anyara pengangkatan gereja dan kedatangan Kristus
kedua kali. Kata “telah tiba” (Erthon) dalam Wahyu 19:7 terdapat dalam bentuk
aorist, yang dalam bahasa Yunani berarti kegiatan perkawinan itu sudah terjadi
di kala kedatangan Kristus kedua kali. Wahyu 19:8 menunjukkan bahwa mempelai
perempuan sudah bersalutkan perbuatan-perbuatan benar orang-orang kudus, yang
tentunya diperoleh pada peristiwa “bena” Kristus. Jadi perkawinan Anak Dombaa
ini terjadi di antara peristiwa Bema Kristus dan kedatangan Kristus kedua kali.
Dan pesta
perkawinan tersebut menurut Daniel 12:1-3 dan Yesaya 26:19-21 bukanlah saleh-saleh
Perjanjian Lama, sebab mereka akan bangkit sesudah kedatangan Kristus Kedua
Kali. Juga Wahyu 20:4-6 menjelaskan bahwa merek yang mati syahit pada masa
Tribulasi tidak akan bamgkit sebelum kedatangan Krisatus Kedua kali. Jadi
satu-satunya peserta yang cock disini, ialah gereja.
Dan Wahyu
19:7,8,14 menjelaskan bahwa peristiwa ini terjadi di Sorga, berbeda dari pesta
perkawinan seperti tertera dalam MAtius 25:1-13, karena pengadilan dalam Matius
25 mengambil tempat di dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar