Ada banyak bentuk kotbah, pelajaran yang bisa diberikan dalam
proses mengotbahkan atau mengajarkan Alkitab. Pesannya bisa topical, atau
biografikal, atau doctrinal atau berkaitan dengan masalah tertentu. Hal ini
juga bisa dalam bentuk deklarasi, atau dalam gaya mengajar, atau dialog dengan
jemaat. Dan bisa memiliki jangka waktu apapun. Ada keragaman besar dalam hal
ini; dan beberapa keragaman bisa memperkaya setiap kelompok. Tapi pada intinya
adalah pertanyaan mengenai hubungan pesan itu dengan Kitab Suci. Bagaimanapun
juga, kita harus mengajar dan memberitakan FirmanFirmanNya, dan bukan ide kita.
Jadi eksposisi eksegesis bisa menjalankan perintah ini dengan jelas. Saat anda
melakukan kotbah dan pengajaran secara ekspositori, pesan anda akan sangat
terikat erat dengan teks, sehingga orang bisa tahu idenya dari Tuhan, dan Tuhan
bisa memberkati FirmanNya itu. Pemberitaan kita bersama dengan penerapan
praktisnya akan sangat berguna jika berasal dari dan melalui Firman TUHAN.
Berlatihlah untuk membuat kotbah dan pengajaran anda secara
ekspositori artinya, inti dari keseluruhan pesan berasal dari teks Kitab Suci,
didalam konteksnya, sebagaimana maksud penulisannya. Telusuri seluruh
bagiannya, unit, sehingga seluruh bagian terbahas dan dihubungkan. Sehingga
orang bisa belajar Kitab Suci dalam proses, selain tema, maksud, atau doktrin
yang dikemukakan dari eksposisi tersebut. Ada saatnya kita akan menggunakan
bentuk presentasi yang lain; tapi hal ini harus ada diinti setiap pelayanan
yaitu memberitakan atau mengajarkan Firman.
Dan Tuhan akan memberkatinya. Dan orang akan mengerti, dan
tidak ingin anda berkotbah seperti sebelumnya atau pesan yang kurang terkait
dengan teks. Saya merasa sangat berarti mengeksposisi Perjanjian Lama secara
umum, secara khusus Mazmur. Orang tidak hanya mendengar pesan dari bagian
Alkitab ini saja, tapi sebagian besar tahu Perjanjian Lama dan mencintai
Mazmur, yang memberikan ekspositor jalan mulus kehati mereka. Jika anda mulai
melakukannya,i.e., mengembangkan dan membawakan eksposisi eksegesis dari
Perjanjian Lama, ana akan melakukannya secara rutin.
Meletakan sebuah pesan bersamaan membutuhkan usaha. Melakukan
segala usaha eksegetikalmenentukan teks terbaik, mendefinisikan kata,
menafsirkan bahasa kiasan, meneliti struktur dan genre, menghubungkannya dengan
budaya, dan menyeleksi teologi Alkitabnyamembutuhkan waktu menjadikannya
kedalam bentuk kotbah yang baik. Bahkan dalam mengajar sebuah kelas Alkitab
kita harus melihat lagi data mentah untuk memberikan presentasi yang tepat.
Tapi pastilah untuk presentasi ekspositori (sebuah ibadah formal, pengajaran
informal, penulisan artikel) kita perlu mengatur kembali materinya dan memilih
apa yang akan digunakan dan menambahkan bagian kotbah yang membuatnya lebih
efektif. Semakin pendek waktu bicara, semakin besar usaha yang harus dilakukan
untuk membentuk pesandan mengatakan substansinya. Bagi saya, sampai sekarang,
membutuhkan waktu 10 sampai 15 sampai 20 jam untuk mempersiapkan sebuah
eksposisi, tergantung pada pesannya, dan jumlah waktu bicara saya. Bagian
eksegesis hanya setengah perjalanan; pekerjaan untuk mengembangkan eksposisi
membutuhkan waktu yang sama besarnya.
Halaman-halaman berikut ini akan melacak beberapa langkah
tambahan dalam mengembangkan eksposisiapakah eksposisi tertulis, sebuah kelas
informal, atau kotbah. Pengaturan sebuah eksposisi eksegetis sama dalam setiap
kasus, walaupun tipe presentasi bisa berubah.
Sintesis dari sebuah bagian dimulai dengan sebuah garis besar
eksegetikal dan membentuk sebuah ringkasan eksegetikal. Dalam melakukan
sintesis sebuah bagian kita berusaha mengartikulasikan struktur dan kesatuan
teks. Langkah-langkahnya diberikan dibawah, jika diikuti, akan menjaga agar
eksposisi meliputi seluruh bagian (tidak mengabaikan bagian yang tidak cocok
dengan pesan), dan meliputinya secara benar, sehingga pesan itu memiliki
kesatuan dan progresi serta kejelasan. Dengan latihan beberapa prosedur ini
akan terjadi secara insting; tapi langkah pertama harus diikuti untuk memastikan
suatu sintesis yang lengkap dan akurat. Saya menggunakan mazmur sebagai contoh,
tapi metodenya bisa digunakan disetiap bagian dalam Alkitab, Perjanjian Lama
atau Baru.
Sebuah garis besar eksegetikal adalah sebuah garis besar yang
menggambarkan didalam kata-kata anda sendiri isi dari bagian itu. Hal ini
ditulis dalam kalimat lengkap (= pikiran lengkap) dan bukan topik. Hal itu
haruslah histories dan deskriptif dalam pengkalimatannya. Dan harus ditafsirkan
dan tidak mengambil kiasan tinggi. Sebagai contoh kita akan mengerjakan Mazmur
2.19
Perhatikan prosedurnya, langkah demi langkah.
Tulis sebuah pernyataan ringkasan secara singkat disetiap
baris puisi (biasanya setiap ayat bahasa Inggrisnya). Jangan mengambil bahasa
kiasan dalam pengkalimatan anda kecuali itu sebuah idiom umum, tapi berikan
suatu arti tafsiran jika mungkin. Jangan menyatakan kembali jika sudah
dilakukan paralelnya, tapi tafsirkan seluruh ayat sebagai satu unit. Gunakan
kalimat lengkap. Jangan khawatir tentang bentuk akhir ditahapan ini, hanya
akurasi penafsirannya. Untuk Mazmur 2 ringkasan ini bisa dilihat:
1. Pemazmur mengekspresikan keheranan terhadap
bangsa-bangsa yang merencanakan suatu pemberontakan yang tidak bisa berhasil.
2. Pemazmur mengatakan kalau raja-raja dunia ini telah
memutuskan untuk melawan TUHAN dan RajaNya.
3. Pemazmur mengutip pernyataan mereka untuk memberontak
melawan otoritas TUHAN dan RajaNya.
4. Pemazmur menunjukan bahwa TUHAN menertawakan kesombongan
para pemberontak.
5. Pemazmur memperkirakan satu hari TUHAN akan menyatakan
penghukuman dalam murka dan menakutkan bagi seluruh pemberontak.
6. Pemazmur mengutip pernyataan TUHAN kalau Dia telah
memberi raja untuk bertahta di Zion.
7. Pemazmur mengutip pernyataan raja yang menceritakan
perjanjian yang menyatakannya sebagai raja yang diurapi.
8. Pemazmur mengutip penegasan raja kalau TUHAN telah berjanji
memberikannya seluruh bangsa sebagai miliknya jika dia memintanya.
9. Pemazmur mengutip penegasan raja bahwa TUHAN telah
memerintahkan dia untuk menghancurkan bangsa-bangsa yang memberontak.
10. Pemazmur menasihati bangsa-bangsa agar mengindahkan sarannya.
11. Pemazmur menasihati bangsa-bangsa untuk beribadah pada
TUHAN.
12. Pemazmur menasihati bangsa-bangsa untuk berlindung pada
raja pilihan TUHAN karena penghukumannya segera datang.
Pelajari baris ringkasan anda untuk melihat mana yang bisa
dikelompokan kedalam unit alami, apakah melalui bentuk struktur tulisan mazmur
itu (jika ini bisa dimengerti), atau melalui subjek masalah. Bagi Mazmur ini
saya mengusulkan kalau isi dari ayat-ayatnya menunjukan empat bagian setiap
bagian memiliki tiga ayat:
1-3 Tiga ayat pertama menggambarkan aktifitas bangsa-bangsa yang
memberontak yang ingin menumbangkan TUHAN dan rajaNya.
4-6 Tiga ayat berikut menulis respon TUHAN terhadap rencana
memalukan mereka.
7-9 Tiga ayat berikut membahas pernyataan raja yang menunjukan
hak dan keistimewaannya sebagai pilihan TUHAN.
10-12 Tiga ayat terakhir menulis nasihat pemazmur bagi
bangsa-bangsa yang bodoh ini untuk tunduk kepada raja dan menjadi pemuja TUHAN
yang sejati.
Setelah anda menetapkan pembagiannya, tulis ringkasan
masing-masing. Ringkasan ini harus memasukan isi dari ayat-ayat dibawah mereka,
tapi tidak sedetil ringkasan individualnya. Kelompok ringkasan ini sekarang
menjadi angka romawi dari mazmur, dan ringkasan ayat (atau ringkasan sub-seksi
lain) dibawah mereka menjadi sub-points.
Berikut ini adalah garis besar eksegetikal akhir saya dari
Mazmur 2. Saya menyadari, ini butuh langkah penengah dalam memadatkan,
mengedit, dan menulis kembali agar bisa sampai pada hal dibawah ini.
I. Pemazmur menunjukan betapa bodohnya bangsa-bangsa melawan
TUHAN dan raja yang diurapiNya (1-3).
A. Dia heran akan kesia-siaan yang dilakukan bangsa-bangsa itu
(1).
B. Dia menjelaskan tindakan bangsa-bangsa itu: mereka bersatu
untuk mengakhiri otoritas TUHAN dan raja yang diurapiNya (2,3).
1. Para penguasa bermufakat melawan TUHAN (2).
2. Mereka bersepakat untuk keluar dari otoritasNya (3).
II. Pemazmur menunjukan tindakan TUHAN menetapkan rajaNya diatas
tahta Zion (4-6).
A. TUHAN semesta alam mengolok-olok rencana sombong mereka (4).
B. TUHAN berbicara dalam murka terhadap mereka dan menetapkan
raja pilihanNya (5,6).
1. Dia berbicara dalam murka dan menakutkan mereka (5).
2. Dia mengumumkan penetapan raja pilihanNya bukan mereka (6).
III. Pemazmur menunjukan penegasan raja bahwa dia berhak
memerintah (7-9).
A. Pernyataan raja mengenai perjanjian (7a).
B. Raja mengulangi janji Tuhan dalam perjanjian: dimahkotai
sebagai anak, mewarisi bumi, dan kedaulatan dominasi (7b-9).
1. Hari ini TUHAN menjadikan dia sebagai raja (7b).
2. TUHAN mengundang dia untuk meminta agar dia bisa menguasai
para pemberontak (8,9).
IV. Pemazmur menasihati bangsa-bangsa bodoh itu untuk tunduk pada
raja baru atau penghukuman akan mereka tanggung (10-12).
A. Dia meminta para pemimpin bangsa itu agar bijaksana (10).
B. Dia meminta mereka untuk melayani Tuhan dan tunduk pada raja
atau dihukum (11).
C. Dia mengumumkan berkat bagi mereka yang percaya padaNya (12).
Sebenarnya ini langkah keempat dalam keseluruhan proses
sintesis. Sekarang kita ingin menulis satu kalimat ringkasan dari keseluruhan
bagian. Jika anda melakukannya, anda bisa melihat kesatuan dan organisasi dari
mazmur. (Jika anda tidak bisa melakukannya dirumah dengan pen dan kerta dan
tidak ada batasan waktu, maka anda tidak tahu bagian itu dengan baik dan pasti
tidak bisa menerapkannya dalam sebuah pelayanan).
Cara melakukannya adalah mengambil Angka romawi yang telah
anda tulis dan meletakannya sebagai satu paragraph. Putuskan bagian mana yang
menjadi ide utama, focus utama, atau klimaks (disini saya memutuskan seluruhnya
membawa kepada nasihat pemazmur pada bangsa-bangsa, itulah yang menjadi klausa
utama sayabagian lain ada dibawahnya). Jadi, awalnya tulis semuanya, dan mulai
edit, padatkan, revisi menjadi format yang lebih pendek:
Pemazmur menunjukan betapa bodohnya keinginan memberontak
melawan TUHAN dan raja pilihanNya. Pemazmur menunjukan pernyataan TUHAN untuk
menetapkan raja pilihannya ditahta Zion. Pemazmur menunjukan penegasan raja
dengan hak apa dia memerintah. Pemazmur menasihati bangsa-bangsa untuk tunduk
kepada raja atau penghakiman akan datang atas mereka.
Hal ini butuh usaha untuk menjadikannya kedalam bentuk yang
diinginkan, kecuali anda sangat baik dalam menulis dan mengedit. Tapi jika anda
mengikuti seluruh proses anda akan terlibat dengan ide yang ada dimazmur ini
sehingga anda mampu memikirkannya dengan jelas dan mengajarkannya tanpa garis
besar dan manuskrip (yang bisa mematikan sebuah presentasi). Anda belum menulis
sebuah ide kotbah, tapi ringkasan yang baik dari isi mazmur ini. Ini seharusnya
sudah cukup pendek untuk diringkas kedalam satu kalimat; tapi harus cukup tepat
masuk dalam mazmur ini dan hanya mazmur ini. Kalimat ringkas akhir saya
terhadap Mazmur 2 sebagai berikut:
Pemazmur menasihati para bangsa kafir agar membuang
rencana menyedihkan mereka memberontak melawan TUHAN dan raja yang diurapiNya
serta tunduk pada otoritas Raja itu yang telah Tuhan nobatkan untuk menguasai
bangsa-bangsa dan mengakhiri pemberontakan mereka.
Tentu, ada cara lain meringkas hal ini. Tapi inilah yang saya
pilih untuk kalimatkan. Itu hanya cocok dimazmur ini saja. Itu secara mencukupi
meliputi bagian utamanya. Dan berfokus pada nasihat pemazmur kepada orang
bodoh. Dalam pengertian itu mazmur ini agak menginjili!
Setelah melakukan garis besar eksegetikal maka menulis garis
besar eksposisi menjadi lebih mudahdan memastikan kalau garis besar pesan cocok
dengan bagian ini.
Ambil angka romawi anda dan ubah kedalam pernyataan yang
lebih pendek dan lebih objektif, serta proposisional. Mereka tidak lagi
histories dan deskriptif; mereka kekal dan teologistapi sesuai dengan bagian
tersebut. Metode yang diikuti adalah subtitusi, biasanya dengan mengabstraksi
ide, mendapatkan ide umum; ujian penerapannya adalah menentukan apakah prinsip
yang anda tulis sesuai dengan pembaca asli dan juga pembaca modern. Ini
haruslah pernyataan yang singkat karena orang akan mendengar dan perlu
mengingatnya. Dan mereka harus (jika mungkin) dikalimatkan begitu rupa sehingga
mudah dihafal. Terkadangtidak selalusaya menggunakan sign-post didepannya
(seperti dibawah). Mazmur 2 menunjukan garis besar kotbah atau ekspositori
seperti dibawah ini:
I. Kebodohan: Sia-sia bagi manusia untuk melawan otoritas Tuhan
(1-3).
II. Rencana Tuhan: Otoritas Tuhan yang berdaulat menetapkan
AnakNya memerintah (4-6).
III. Klaim Mesias: Raja yang diurapi Tuhan akan memerintah dunia
dengan kekuasaan penuh (7-9).
IV. Hikmat: Bijaksana bagi manusia untuk mencari perlindungan
dari penghukuman Tuhan dengan tunduk pada AnakNya (10-12).
Maksudnya adalah prinsip-prinsip yang ada dalam ayat-ayat
dibagian tersebut; tapi pengkalimatannya harus tepat bagi pembaca lama dan juga
dimasa sekarangsemuanya haruslah kebenaran yang kekal (inilah alasan anda harus
berusaha mengikat Perjanjian Lama dan Baru dalam membentuk teologi).
Dibawah kondisi normal saya tidak akan meninggalkan metafora
anak dalam garis besar, atau menggunakan istilah teknis mesias. Tapi dikedua
zaman kata ini bisa dimengerti dengan jelas. Lebih lagi, didalam bagian ini
saya menghabiskan cukup banyak waktu mengurusi kedua kata tersebut, pertama
dizaman Perjanjian Lama dan saat diterapkan kepada Yesus dizaman Perjanjian
Baru. Saya bisa menggunakan keduanya karena sesuai dengan mazmur ini, dan
sesuai dengan Perjanjian Barudalam arti lengkapnya.
Sekarang, langkah terakhir dalam sintesis adalah mengurangi
ringkasan eksegetikal menjadi pernyataan singkat yang sama seperti digaris
besarnya. Ini haruslah sebuah kalimat teologis yang jelas, pengkalimatannya
sesuai dengan konteks aslinya dan juga pembaca modern. Ini haruslah merupakan
tema utama dari mazmurdan pesan anda. Ini merupakan teologi Alkitab dari bagian
tersebut yang dibawakan secara eksegetis, dipadatkan dan diletakan kedalam
pernyataan retoris yang efektif. Dari Mazmur 2 saya menulis:
Adalah hal bijaksana tunduk pada otoritas Mesias,
karena Tuhan telah menyatakan Dia yang akan memerintah dunia.
karena Tuhan telah menyatakan Dia yang akan memerintah dunia.
Ada banyak detil dan ide yang berhubungan dalam bagian ini,
tapi hal itu menangkap maksud utama dari mazmur. Pembawaan pelajaran atau
kotbah harus membawa cukup materi dari teks itu sendiri untuk menunjukan
bagaimana ide ini, dan juga garis besarnya, dikembangkan. Ide ekspositori hanya
memberikan sebuah pernyataan ringkas eksposisi mazmur tersebut yang mudah
diingat.
Setelah ini telah dikembangkan, ekspositor bisa mengembangkan
esensi pesan selanjutnya.
Ini langkah pendek untuk menemukan arti teks dan menentukan
artinya bagi kita dimasa kinitapi ini adalah langkah yang seringkali
terlewatkan. Salah satu bagian terlemah dari eksposisi modern adalah
penerapannya. Apakah ada penerapan penting, atau yang diberikan tidak berasal
dari teks. Pembicara mungkin tidak tahu bagaimana mengembangkan sebuah
penerapan, atau beranggapan ini sudah terbukti dengan sendirinya jika pesannya
mendasar (cleverness is in, clarity is out), atau pembicara memiliki tujuan
tanpa melihat teks apa yang digunakan.
Sebuah eksposisi eksegetis yang baik harus memasukan
penerapan tertentu bagi pendengarnya. Anda harus menyatakan dengan jelas apa
yang anda inginkan diketahui pendengar sebagai hasil eksposisi anda, apa anda
ingin mereka percaya, dan atas dasar itu, apa yang anda ingin mereka lakukan
(benar-benar lakukanbukan menyadari, tahu, pikir, mengerti, ingat, dll., tapi
lakukan). Ini harus jelas dan positif. Jika negatif (jangan lakukan ini dan
itu) anda harus menyatakan bagaimana menghindarinya dan sebaliknya harus
melakukan apa; jika samar (memiliki iman lebih besar) anda harus mengatakan
mereka bagaimana melakukan itu. Singkatnya, anda menjawa pertanyaan jadi
bagaimana? bagi eksposisi anda.
Ada beberapa aturan yang harus diingat saat menjabarkan
penerapannya dari bagian Perjanjian Lama:
Saat berusaha menerapkan pesan, pastikan anda menerapkan ide
teologis utama dari bagian tersebut. Penerapan individual bisa dibuat dari ayat
ke ayat. Tapi pada akhirnya anda menghasilkan maksud utama. Ini haruslah
menjadi ide ekspositori anda, jika telah dilakukan dengan benar. Kata bijak
Jerman kuno sesuai dengan hal ini: Hal utama adalah membuat hal utama menjadi
hal utama.
Hal yang sulit adalah membuat ide teologis
menjadi yang utama, bukan arena atau latar berlakang. Sebagai
contoh, hukum dalam Imamat 11-15 semuanya berkaitan dengan kekudusan,
pengudusan adalah maksud dibelakang spesifiknya. Hukum mengenai makanan, anak
yang dilahirkan, dan lainnya. Ini semua adalah wilayah dimana prinsip teologis
akan diterapkan, bukan detil aturan dari hukum Israel. Hal yang saya lakukan
adalah mencatat latar belakang dan keadaan bagian itu, terutama jika mereka
secara kultur terikat dengan orang atau tempat seperti Israel. Kemudian, saya
akan mencari arena, latar belakang, atau keadaan yang sebanding dengan
pengalaman pendengar saya dimana maksud teologisnya bisa dibuat. Saya harus
menjabarkan sebagian untuk sampai kesana, tapi itu bisa dilakukan. Sebagai
contoh, pengudusan bisa memiliki sebuah penerapan cara hidup kita, apa yang
kita makan, bagaimana kita berpakaian, dan sebagainya. Jika saya ada dalam
sebuah narasi seperti Daud dan Goliat, saya harus menjabarkan latar belakang
sampai konfliknya, bahkan sampai peperangan rohani, untuk menunjukan bagaimana
umat Tuhan perlu iman dalam menghadapi serangan. Jika itu adalah sebuah mazmur,
tugas biasanya lebih mudah, kecuali situasi mazmur secara spesifik adalah
Israel. Tapi pada umumnya, doa, pujian, keluhan, gossip, perasaan bersalah,
dll, terdapat disepanjang masa.
Orang tidak banyak memperhatikan hal iniini memukul
literalism atau dispensationalism Alkitab (--mereka yang menggunakan hal ini
dalam arti pejorative-nya tidak tahu apa yang sedang mereka katakana).
Maksudnya adalah ada beberapa perbedaan besar antar perjanjian. Perjanjian Baru
bisa saja hanya membawa ide Perjanjian Lama menyeberang; tapi
lebih sering memodifikasi sebuah ide, dan terkadang mengosongkannya.
Walaupun kita menegaskan bahwa seluruh Firman Tuhan itu berguna untuk nasihat
dan kebenaran, kita harus mengetahui kalau seringkali apa yang diatur telah
diubah atau ditinggalkanperang suci melawan orang Kanaan, larangan pakaian dan
makanan, hukum pernikahan dengan saudara, hewan korban, perjalanan ke
Yerusalem, bait keimaman, larangan pelayanan bagi yang cacat, kutuk, dan banyak
lagi yang lain.
Jadi, anda harus menyatakan prinsip kekal dari bagian
tersebutteologinya; dan kemudian anda harus menunjukan bagaimana hal itu
dijalankan dalam pengalaman Israel, dan bagaimana hal itu bisa dilakukan dimasa
kini. Imamat 4 mengajarkan bahwa tidak ada pengampunan tanpa korban darah
sebagai gantinya. Hal ini benar didalam kedua perjanjian; tapi yang lama adalah
tipe, dan yang baru penggenapannya. Anda haru menjelaskan tipe dan juga
penggenapannya. Penerapan anda harus membawa kebenaran itu sampai kepada
penggenapan Perjanjian Barukarena kita memiliki suatu perjanjian yang berbeda
dan lebih baik.
Ada waktunya anda bisa secara sah mengambil penerapan dari
sebuah bagian, tapi bukan maksud utamanya. Sebagai contoh, Mazmur 2 memiliki
penerapan langsung bagi orang yang tidak percaya agar tunduk pada TUHAN dan
raja yang dipilihNya. Jika anda membuat penerapan utamanya kepada orang
Kristen, apakah dihibur oleh hal ini, atau terlibat dalam penginjilan seperti
yang kelihatannya dilakukan oleh pemazmur, hal ini ada didalamnya, diimplikasi,
bisa diterapkantapi sekunder. Anda tidak bisa membuat pesan ini kepada orang
Kristen: Bijaksanalah dan tunduk kepada Anak. Mereka telah melakukannya! Tapi
jika pendengar anda hampir semuanya orang percaya, maka anda bisa mengatakan
maksud utamanya, baru mengatakan penerapan lain bagi kita sebagai orang
Kristen, seperti .
Didalam sebuah penerapan anda memberitahu orang apa yang
dimaksud teks bagi kita, apa yang menurut anda respon kita seharusnya. Usulan
anda harus cukup spesifik. Tapi terlalu sering kelompok lain menjadikan
penerapan sebagai otoritas mengikat, setara dengan Firman itu sendiri. Jika
teksnya tidak menyatakan penerapannya, anda harus berhati-hati. Tegaskan apa
yang ditegaskan sebagai hal yang mengikat; usulkan penerapan yang asalnya dari
teks itu. Sebagai contoh, jika teksnya berkata Didiklah seorang anak didalam
cara yang seharusnya dia ikuti dan anda memutuskan kalau didalamnya termasuk
motivasi anak dengan benarboleh saja, tapi jangan katakan Tuhan menyuruh kita
untuk memotivasi anak. Hal tersebut bisa saja bijak, membantu, merupakan usulan
yang sangat baik, diajarkan ditempat laintapi hal itu mengungkapkan hal yang
berbeda dari ide Ibrani dengan mendidik anak, kecuali eksegesis anda menunjukan
kata kerjanya memasukan ide itu. Maksud saya adalah apa yang anda katakana pada
orang lain untuk lakukan sebaiknya sesuai dengan apa yang dikatakan teks itu
sendiri, atau merupakan implikasi jelas dari teks. Dan jika teks itu memberikan
sebuah prinsip umum, kita bisa mengusulkan cara penerapkannya, cara-cara yang
sejalan dengan pengajaran lain dalam Kitab Suci.
Penerapannya harus jelas bagi para pendengarnya, jelas
berasal dari teks, dan jelas artinya. Ada saatnya, penerapannya berbentuk umum
tanpa spesifikasi. Dan ada saatnya terlalu banyak spesifikasi. Sebagian
dikarenakan kurangnya persiapan; tapi sebuah kesimpulan dengan pengkalimatan
penerapannya yang tepat harus secara seksama ditulis dan dianggap sebagai
bagian dari persiapan eksposisi. Terlalu silit menyatukan seluruh ide pada
akhirnya jika tidak dikelola sebelumnya.
Saat kesimpulan telah ditulis, saat anda tahu maksud dari
bagian ini, maka anda sudah siap menulis pendahuluanbukan sebelumnya.
Pendahuluan yang baik menarik perhatian pendengar, memperkenalkan subjek
masalahnya, dan (yang paling penting) menciptakan atau menjabarkan kebutuhan
yang dibahas dalam bagian tersebut.
Tujuan kita dalam korelasi adalah menghubungkan bagian yang
sedang dieksposisi dengan bagian Alkitab lainnya yang memiliki ide teologis
yang sama. Korelasi sangat penting karena (1) menunjukan kesatuan Alkitab dan
terutama relevansi berlanjut dari Perjanjian Lama kedalam dunia Perjanjian
Baru. (2) Korelasi juga memberikan penguatan terhadap ide teologis dan
penerapannya. (3) Lebih lagi, korelasi dengan sebuah bagian dalam Perjanjian
Baru menunjukan bagaimana kebenaran teologis dari bagian itu dinyatakan dalam
sebuah latar belakang berbeda, mungkin dalam sebuah budaya berbeda.
Sangat penting mengikuti beberapa aturan saat membuat korelasi:
Anda mengkorelasi hal yang diajarkan bagian tersebut. Ada
banyak cerita, peristiwa, latar belakang, dan keadaan yang mirip dalam Alkitab;
tapi mengkorelasikannya tidak banyak membantu eksposisi. Anda berusaha
menemukan bagian Alkitab mana yang sedang mengajarkan kebenaran yang
sama. Pada awalnya ini mungkin sulit dilakukan, tapi saat anda mengajar dan
berkotbah dari Alkitab hal ini akan datang secara cepat dan alami.
Hal utama yang ingin kita ketahui disini adalah dimana ide
ini diajarkan atau dikonfirmasi dalam Perjanjian Baru. Tapi ada beberapa
kesulitan yang harus dihindari dalam melakukan hal ini:
a. Anda bisa mengkorelasi dengan bagian-bagian dalam
Injil, tapi seringkali memiliki masalah tambahan. Anda mungkin menemukan diri
anda banyak menjelaskan tentang bagian Injil tersebut dalam membuat hubungan,
dimana tulisan-tulisan para rasul menyatakan secara langsung ajaran dan nasihat
tersebut. Faktanya, sebagian besar metode yang telah kita pelajari untuk
eksegesis bisa juga diterapkan kepada kitab-kitab Injil, karena mereka seperti
tulisan-tulisan dalam Perjanjian Lama. Mereka menggambarkan kegiatan yang
terjadi dibawah Taurat. Jadi saat berkotbah atau mengajar dari kitab-kitab
Injil ekspositor harus mengkorelasikannya dengan surat-surat rasul. Ini jarang
dilakukandan ini sebagian alasan mengapa terdapat kebingungan dalam pengajaran.
b. Anda mungkin menemukan korelasi saat bagian Perjanjian
Baru mengutip bagian yang sedang anda bahas, tapi beberapa diantaranya perlu
diteliti. Perjanjian Baru bisa saja saat itu membuat penerapan spesifik dari
bagian yang anda bahas, tapi bukan ide utama. Pastikan saat anda mengkorelasi
bagian itu, seluruh konteks terlibat. Roma 8 melakukannya dengan Mazmur 44;
tapi 1 Korintus 15 sedang membuat suatu tafsiran tipologis mengenai buah sulung
yang merujuk pada kebangkitan Yesus dalam Imamat 23. Jika anda mengeksposisi
Imamat 23, anda akan mencari pengajaran Perjanjian Baru tentang ucapan syukur
bagi korelasi anda. Anda bisa memasukan tipologi, tapi itu bukan tekanan utama
eksposisi Imamat 23.
c. Hati-hati bersandar pada sumber kedua dalam korelasi.
Ada saatnya mereka mengambil bagian yang memang memiliki pesan teologis yang
sama, tapi membuat koneksi yang tidak sama.
Seringkali lebih mudah mengakhiri pengajaran atau kotbah dari
teks Perjanjian Baru bukannya bagian yang sedang anda eksposisikan. Ini bisa
terjadi eisegesis jika anda tidak hati-hati. Jika eksposisi berasal dari bagian
Perjanjian Lama, maka bagian itu punya pesan yang harus dikemukakan. Materi
yang berkorelasi berfungsi menunjukan kalau ide itu memang diajarkan ditempat
lain dalam Alkitab. Jika anda ingin mengeksposisi bagian Perjanjian Baru yang
anda korelasikan, maka lakukan itu (dan hubungkan latar belakangnya dari
Perjanjian Lama).
Sangat mudah melihat korelasi dan setiap idenya didalam
sebuah bagian, tapi setelah itu terlalu banyak bagi orang lain. Anda harus
berusaha sebaik mungkin sepanjang eksposisi, tapi simpan satu atau dua koneksi
untuk kesimpulan. Hal itu memudahkan orang lain untuk mengerti.
Hati-hati: sangat mudah muncul ide yang ingin anda ajarkan
dari sebuah bagian, ide yang anda ketahui dari bagian lain Kitab Suci, dan
mengkorelasikannya bukannya menemukan koneksi Perjanjian Baru yang benar dengan
ide teologis sebenarnya dari bagian tersebut. Hal itu tidak membantu; faktanya,
membingungkan orang apakah maksud dari bagian tersebut dan metode dalam
mempelajari Alkitab.
INGAT: Anda hanya berusaha mengeksposisi sebuah bagian
Alkitab, menunjukan kepada orang lain maksud dari bagian tersebut yang
didasarkan pada eksegesis anda, bagaimana anda bisa mengetahuinya,
relevansinya, dan dimana ide itu diajarkan dengan jelas dalam bagian Alkitab
lainnya. Anda mungkin harus menunjukan perubahan antar budaya, perjanjian, atau
konteks dalam proses ini; tapi orang lain kemudian bisa mulai berpikir secara
alkitabiah, kontekstual, eksegetikal. Dan itu maksud semua ini.
19 Sebagai
contoh, didalam Mazmur 125 ada tiga varian (dan saya mendaftarnya agar anda memiliki
ide yang lebih baik mengenai lingkup sebuah varian atau pembacaan): Didalam
ayat 1 MT menulis Those who trust in the LORD are like Mount Zion which can
never be moved but remains forever; Jerusalem--as the mountains are around it .
. . dan Yunaninya menulis Those who trust in the LORD are like Mount Zion; the
one who remains in Jerusalem can never be moved. Masalah kedua berkaitan dengan
pembacaan dari ayat 3, the rod of wickedness dimana Yunaninya menulis the rod
of the wicked. Dan masalah ketiga adalah MT memilikinya sebagai subjek, The rod
of wickedness will not rest on the righteous tapi Yunaninya The LORD will not
permit the rod of the wicked to rest on the righteous. Pada ketiga kasus diatas
Yunaninya memuluskan teks Ibrani (dan karena itu memperbaiki) yang lebih sulit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar