BAB II
PERJANJIAN-PERJANJIAN
(MASTER PLAN
PROGRAM ILAHI)
Meskipun ada banyak hal yang tidak
pasti di dunia ini, tetapi seorang berimanb yakin bahwa ada sati hal yang
pasti. Hal yang pasti itu ialah Perjanjian-Perjanjian Allah (lih. Chart 2),
sebab firman Allah tidak dapat dibatalkan meskipun segala sesuatu akan berakhir
(Mat. 5:17,18). Dalam janji-janji-Nya Allah telah meletakkan garis besar
rencana-Nya dan peranan yang harus dimainkan oleh umat-Nya untuk mewakili
manusia dalam mengungkapkan perjanjian itu.
Hakekat
Perjanjian
Perjanjian merupakan suatu
persetujuan kerja sama antara dua pihak perihal suatu rencana kegiatan. Di
dalam perjanjian terdapat kesepakatan antara dua pihak yang didasarkan pada
sikap saling percaya satu terhadap yang lainnya. Perjanjian yang disepakati itu
mengikat hubungan kedua pihak yang terlibat. Suatu contoh hubungan yang terikat
dalam suatu perjajian adalah perkawinan. Dalam buku ini individu yang terlibat
dalam perjanjian adalah Allah dan manusia.
Perjanian yang diadakan Allah dengan
manusia unik dan berbeda dari perjanjian yang dibuat oleh manusia. Perjanjian
Allah itu istimewa olleh karena memiliki tiga unsure atau sifat yakni, pertama,
pernyataan bersifat nubuatan, yakni mengenai rencana Allah yang akan datang.
Kedua, pembangunan pribadi-pribadi melalui iman kepada janji-janji Allah itu.
Ketiga, penggenapan maupun penyampain yang pasti, persis dan spesifik yang
dijamin oleh pernyataan Allahj sendiri sebagaimana terlihat dalam ungkapan “Aku
akan” (Kej. 12:1-3; Ul. 30:1-10; 2 Sam. 7:1-16), sehingga tidak ada sessuatu
apapun yang bisa membatalkan penggenapan nubuatan, tuntunan iman, dan
kepastian.
Tukuan utama dari
perjanjian-perjanjian yang diadakan Allah dengan manusia pertama-tama adalah
untuk menyatakan rencana Allah bagi Kerajaan-Nya di bumi. Perjanjian-perjanjian
itu juga di maksudkan untuk menyatakan metode penyelamatan dan pemberkatan
manusia. Selain itu, perjanjian juga dimaksudkan untuk menyediakan dasar bagi
hubungan manusia dengan Allah yang didasari atas iman
Macam Peejanjian
Allah
Perjanjian-perjanjian Allah dengan
manusia dicatat dalam Alkitab, chart kedua berikut, yang dikutip dari buku
Biography of A Great Planet, karya
Stanley A. Ellisen, menunjukkan pengelompokkan Perjanjian Seminal, Perjanjian
Sentral, Perjanjian Khusu, dan Perjanjian Pengganti/Perjanjian Baru.
Perjanjian dengan Abraham (Kej.
12:1-3) menjadi sentral bagi perjanjian-perjanjian lainnya, sehingga disebut
sebagai Perjanjian Sentral. Benih bagi perjanjian dengan Abraham ini terdapat
pada perjanjian dengan Adam (Kej. 3:15) dan Perjanjian Nuh (Kej. 9), dua
perjanjian yang masuk dalam kategori Perjanjian Seminal. Sementara itu,
aspek-aspek yang dikemukakan dalam Perjanjian Abraham, yakni personal,
territorial, nasional, dan universal, dijabarkan lebih lanjut ke dalam
Perjanjian Khusus yang terdiri dari Perjanjian Musa untuk berkat personal (Kel.
20); Perjanjian Palestina untuk berkat territorial(Ul. 28-30); Perjanjian Daud
untuk berkat nasional (2 Sam. 7); dan Perjanjian Kristus untuk berkat Unvesal
(Gal 3). Dalam perkembangannya, Perjanjian dengan Musa diganti Perjanjian
Pengganti. Lihat Chart Ke-2 (Garis Besar Rencana Kerja Allah) untuk lebih
menjelaskan konsep ini.
Perjanjian Adam
Perjanjian pertama ini dapat dilihat
dalam kejadian 3:15 yang juga dinamakan protoevangelim.
Aku akan
mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan
keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan
tumitnya." (Kej. 3:15).
Dalam bagian ini secara tegas Allah
membatalkan persekutuan antara manusia dengan Iblis dengan meletakkan
permusuhan di atara keduanya, dan sekaligus menjanjikan hadirnya Sang
Juruselamat, yakni “keturunan perempuan”
yang akan menghancurkan kepala Iblis. Inilah alasan mengapa janji ini (Kej.
3:15) disebut Proto-Engalium yang artinya sel pertama dari Inil.
Rencana Allah bagi kepentingan
manusia diungkapkan-Nya melalui Penebus, yaitu “Benih Wanita” yang dijanjikan
akan menghancurkan Setan dan akan membawa keselamatan (band. Yes. 7:14; Mat.
1:16). Dalam Kejadian 3:21, janji itu diperjelas dengan unsure darah yang
dicurahkan oleh Allah untuk menyelubungi Adam dan Hawa. Perjanjian ini disebut
Perjanjian Seminal, karena belum utuh atau baru sebagian (semi) yang merupakan
pernyataan Allah tentang penebusan-Nya.
Perjanjian Nuh
Dalam Kejadian 9 sesudah air bah,
Allah bersekutu dengan Nuh dan menjanjikan bahwa air bah tidak akan terulang
lagi sebagai hukuman kepada seluruh dunia. Allah menjamin secara unilateral
(sepihak) janji-Nya itu. Walaupun demikian tanggung jawab tetap diberikan
kepada manusia untuk menentang kejahatan
dan kelaliman bahkan dengan hukuman mati. Allah memerintah agar
masyarakat mengembangkan kebenaran dan menghukum kejahatan. Jadi intinya bahwa
Allah akan memelihara bumi ini sedangkan manusia akan memelihara kebenaran di
muka bumi ini. Hal ini adalah dasar pemerintahan dunia untuk memerintah
masyarakat, bahkan sampai pula menjatuhkan hukuman mati. (Kej. 1:28; 4:15;
9:4-6).
Jadi sesudah Allah “membersihkan”
dunia ini denganair bah, Ia memulai hal yang baru dengan memberikan tanggung
jawab untuk menjaga keteraturan kepada manusia secara kolektif. John. F.
Wavoord merinci untsur-unsur perjanjian ini menjadi empat elemen penting yakni,
pertama, kepada Nuh diperintakan: “Beranak cuclah dab bertambah banyaklah serta
penuhilah bumi” (Kej. 9:1). Kedua, Allah menempatkan segala sesuatu dalam
ciptaan di bawa otoritas manusia. Firman-Nya,
“Akan takut dan akan gentar kepadamu segala binatang
di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak di muka bumi dan
segala ikan di laut; ke dalam tanganmulah semuanya itu diserahkan.” (Kej. 9:2)
Ketiga,
untuk pertama kalinya Allah memberikan hak kepada manusia (Nuh) bukan hanya
untuk makan makanan hijau, tetapi juga makan daging binatang seperti yang
dinyatakan di dalam Kejadian 9:3-6 berbunyi:
3 Segala yang
bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu
kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau. 9:4 Hanya daging yang masih ada
nyawanya, yakni darahnya, janganlah kamu makan. 9:5 Tetapi mengenai darah kamu,
yakni nyawa kamu, Aku akan menuntut balasnya; dari segala binatang Aku akan
menuntutnya, dan dari setiap manusia Aku akan menuntut nyawa sesama manusia.
9:6 Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia,
sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri.(Kej. 9:3-6)
Hak
ini hanya pada binatang, tidak sampai kepada manusia. Tujuannya jela, yaitu
menghargai kesucian manusia. Firman-Nya”…mengenai darak kamu, yakni nyawa kamu,
Aku akan menuntut balasannya; dari segala binatang Aku akan menuntutnya, dan
dari setiap manisua Akuakan menuntut nyawa sesama manusia…” Alasannya adalah
karena Allah telah menjadikan manusia menurut gambar dan rupa-Nya (Kej. 9:5-6)
Keempat,
Allah berjanji bahwa ia tidak akan lagi mendatangkan banjit atas bumi seperti
air bahw di zaman Nuh. Janjianya, “…maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu,
bahwa sejak ini tidak aka nada lagi air bah untuk memusnahkan bumi” (Kej.
9:11). Tanda perjanjian itu adalah busur Tuhan yang diletakkan di awan. Pelangi
inilah yang menjadi tanda perjanjian dengan Nuh berkaitan dengan penghakiman
bumi secara universal. Dengan kata lain, ini bukan saja perjanjian dengan Nuh,
tetapi juga dengan semua makhluk di bumi. “inilah tanda perjanjian yang Ku
adakan antara Aku dan segala makhluk yang ada di bumi” (Kej. 9:17)
Nubuatan
yang terkandung dalam Perjanjian Nuh membawa suatu situasi baru. Artinya
meskipun Allah menjattuhkan hukuman karena dosa, Allah juga member berkat bagi
bumi, dengan mengulangi siklus berkat yang diikuti kutuk dan kemudianm diikuti
lagi oleh berkat (John F. Walvoord, Penggenapan Nubuatan, Masa Kini- Zaman
Akhir, Malang: Gandum Mas, 1996, Hal. 38).
Perjanjian Abraham (Sentral)
Perjanjian
kepada Abraham lahir di zaman kejahatan telah memuncak lagi di bumi ini.
Pendirian menara Babel, pendirian agama yamg men-tuhan-kan manusia dan lain
sebagainya, sudah menodai dunia ini. Dari pda menyapunya bersih seperti zaman
Nuh, Allah memanggil keluar seorang, yaitu Abraham dari tengah-tengah bangsa yang penuh dengan
penyembahan berhala, agar melaluinya Ia membangin satu bangsa (Kej. 12:2).
Abraham disuruh pergi dengan perjanjian penting (Kej. 12:1-3):
Berfirmanlah
TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan
dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;
12:2 Aku akan
membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat
namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.
12:3 Aku akan
memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang
mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."
Perjanjian
ini yang kemudian diperluas sesudah di kanaan menjadi dasar bagi semua
Perjanjian Allah dengan Abraham dan Israel. Perjanjian ini menandakan dibukanya
jalan baru bagi umat Allah seperti telah dikemukakan di atas dan pemilihan
Abraham menandai tujuan penebusan Allah semakin dipersempit lagi melalui
Abraham dan sarah, yaitu Ishak.
Latar Belakang Perjanjian Abraham
Sebelum
meneliti perjanjian ini secara lengkap dengan karakternya yang telah disinggung
di atas, adalah perlu terlebih dahulu mengetahui latar belakang yang menjadi
dasar atau alasan pemberian perjanjian itu oleh Allah, terutama kaitannya
dengan Perjanjian Adam dan Perjanjian Nuh yang menjadi benih bagi Perjanjian
dengan Abraham ini. Dasr afirmasinya (penegasannya) tentu teks Alkitab
sebelumnya, yaitu kitab Kejadian, khususnya pasal 1-11.
Dalam
pasal-pasal awal kitab Kejadian dinyatakan suatu tema campuran yang terdiri
atas berkat dan kutuk. Catatan ini tentulah tidak dimaksudkan sebagai catatan
sejarah lengkap umat manusia. Hanya sbelas pasal yang dipakai untuk mengisahkan
seluruh sejarah dunia mulai dari penciptaan sampai kepada pemilihan Abraham.
Sedangkan sisanya, pasal 12-50, yaitu bagian yang jauh lebih panjang,
dkhususkan untuk menceritakan kisah Abraham, ishak, Yakub, dan kedua belas anak
Yakub yang meliputi kurun waktu beberapa ratus tahun kemudian.
Banyak
ahli konservativ percaya dan mengakui bahwa nabi Musa adalah penulis kitab ini,dengan
tujuan menceritakan latar belakang bagi keberadaan bangsa Israel sebagai banga
pilihan. Degan lain perkataan, laatar belakang itu memeberi penjelasan
argumentative mengapa ansa Israel itu disebut bangsa pilihan.
Kisah
Kejadian dimulai dengan peristiwa penciptaan (Kej. 1-2). Produk penciptaan yang
sangat ideal tersebut dirusak oleh manusia tat kala mereka jatuh ke dalam dosa
(Kej. 3:1-7). Dosa itu mendatangkan kehancuran dan kutuk total atas manusia dan
segala yang disediakan Allah bagi manusia itu (Ke 3:8-24). Tetapi Allah yang
rahmnani dan rahimi itu bukanlah Allah yang dapat gagal dalam rencana-Nya.
Setan dan manusia dapat gagal dan bahkan berusaha menggagalkan rencana Allah
tetapi tak satupun rencana Allah yang tak dapat gagal. Tindakan pemulihan
segera dilakukan oleh Allah dengan meletakkan “permusuhan atau perseturuan”
diantara Iblis dan manusia (Kej. 3:15). Meterainya adalah darah dan kulit
binatang yang dikorbankan Allah untuk kemuidian member keduanya pakaina (Kej.
3:21), sebagai embrio dari perjanjian-perjanjian berikutnya. Dengan perkataan
lain inilah awal karaya dari penebusan itu, yakni perjanjian Allah dengan Adam
(lih, Perjanjian dengan Adam).
Akan
tetapi kasih karunia yang diberikan oleh Allah kepada Adam dan hawa itu diikuti
oleh kegagalan manuisa yang terus menerus, seperti nyata dari pembunuhan
terhadap Habel dan kejahatan generasi-generasi berikutnya (pasal 4). Ke gagalan
ini membuka jalan untuk pelaksanaan hukuman Allah atas dunia dalam bentuk air bah
(psl 6 dan 7).
Pasca
air bah, suatu permulaan baru di adakan dengan perjanjian kepada Nuh, ketika
Allah berjanji untuk memberkati dunia dengan tetap meminta ketaatan dari pihak
manusia sebagai porsinya . lagi-lagi pola berkat yang menggantikan kutuk diperlihatkan
oleh Allah tetapi dikuti oleh kegagalan demi kegagalan yang lain lagi (Kej.
9:20-23).
Keturunan
nuh berikutnya berusaha membangun menara Babel sebagai monumen pemberontakan
manusia terhadap Allah (Kej 11:1-9). Hal ini bukan saja membenarkan hukuman
Allah terhadap manusia dan proyek raksasa mereka yakni menara Babel disatu
sisi, tetapi juga merupakan alasan pembenaran bagi tindakannya memilih Abraham
untuk suatu permulaan baru dan karya Baru kasih karunia dan berkat bagi
orang-orang yang telah ditebusnya, dipihak lain. Inilah yang jadi latar
belakang pengadaan Perjanjian Allah itu sebagaimana yang ditubjukkan dalam
chart ke-3 tentang sejarah agama-agama (Lht Chart 3: Sejarah Agama-Agama).
Sejarah
Abraham tercata dalam kejadian 12:25. Pasal 12 mencatat, perluasan dari
perjanjian itu (Kej. 13:14-17). Pasal 15, pengesahan melalui persembahan
binatang (Kej. 15:1-7; 8:21). Paal 17 tanda penyunatan sebagai lambang kesucian
ditambahkan (Kej. 17:1-8).
Dalam
perjanjian Abrahan ini, silsilah Mesias dipersempit menjadi keturunan Abraham.
Namun ini juga merupakan nubuatan pertama dari tiga Perjanjian Lama tentang
kerajaan Allah yang memberikan bingkai bagi Perjanjian Daud (2 Sam. 7) dan
memberikan tanda-tanda tentang Perjanjian Baru,( Yeremia 31)
Empat Berkat Perjanjian Baru
Di
dalam perjanjian-Nya kepda Abraham ini Allah menyediakan empat berkat, yakni
berkat personal, territorial, nasional, dan universal.
Berkat Personal (Pribadi)
Abraham
dan benih yang dijanjikan merupakan berkat besar. Salah satu penggenapannya
dalam Kejadian 13:17, di mana ia memperoleh nama baru dan banyak harta
kekayaannya. Rupanya aspek berkat ini bersyarat, berkat hanya diperoleh karena
iman dan ketaatan (respon perseorangan). Yakub misalnya tidak diberkati karena
taktik duniawi yang diapakainya dalam mengejar Perjanjian itu. Anaknya Yusuf,
sebaliknya menjadi teladan penggenapan aspek nubuatan Abraham imi karena
karakter ilahinya. Perjanjian ini merupakan hukum umum yang bersyarat dan
berlaku bagi setiap manusia.
Berkat Teritorial
Janji kepada
Allah kepada Abraham tentang wilaya atau territorial dapat ditemukan dalam
beberapa ayat ini.
“ 15sebab
seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu
untuk selama-lamanya. 13:16 Dan Aku akan menjadikan keturunanmu seperti debu
tanah banyaknya, sehingga, jika seandainya ada yang dapat menghitung debu
tanah, keturunanmupun akan dapat dihitung juga (Kej. 13:15,16)
Kepadamu dan
kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing,
yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya;
dan Aku akan menjadi Allah mereka."(Kej. 17:8)
Tanah Palestina
seluruhnya dijanjikan kepada Abraham dan keturunannya oleh Allah secara
sepihak. Abraham pernah hidup disebagian tanah itu tetapi ia tidak memilikinya
secara utuh seperti yang ditulis dalam kitab Ibrani: Dalam iman mereka semua
ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan
itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan
yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini
“Ibrani 11:13.” Pada ayat 14 disebutkan, bahwa mereka dengan rindu mencari sutu
tanah air, namun memang tanah itu dijanjikan bagi anak-anaknya. Inilah dasar
bagi tuntutan dan perjuangan mereka saat ini untuk kembali menguasai tanah
Perjanjian itu. Ternyata aspek dari perjanjian Abraham itu tanpa syarat (Kej.
7:7,13,19). Perjanjian ini merupakan dasar bagi Perjanjian Palestina.
Berkat Nasional
Dalam
Kejadian 12:2, Allah member jnaji secara nasional yang berbunyi: “Aku akan
membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberati engkau serta membuat
namamu Masyur, dan engkau akan menjadu berkat.” Janji ini dipertegas lagi oleh
Allah dengan berkata:
"Dari
pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah
besar bangsa. 17:5 Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham,
karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.(Kej. 17:4-5)
Ujian
terhadap berkat janji ini adalah karena Sarah mandul sampai tua. Tiga agama
besar yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam menuntut bahwa Abraham adalah bapa
mereka. Namun bagsa besar itu secara spesifik dijanjikan kepada Daud dan
keturunannya. Selanjutnya perjanjian ini diperluas dalam Perjanjian Daud.
Berkat Spritual
Rasul
Paulus menafsirkan janji ini sebagai berkat bangsa-bangsa kafir (non Yahudi)
melalui Yesus Kristus, seperti yang ditulis dalam Galatia 3:14:
“Yesus Kristus
telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa
lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu”
Inilah
pembenaran karena iman bagi semua orang yang dinubuatkan kepada Abraham seperti
yang dinyatakan dalam Kejadian 15:6; “Lalu percayalah Abrahan kepada TUHAN,
maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Rasul Paulus
menulis kembali hal demikian, “Adapun kepada Abrahan diucapkan segala janji itu
dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan kepada keturunan-keturunannya
seolah-olah dimaksudkan banyak orang, tetapi hanya satu orang dan kepada
keturunanmu, yaitu Yesus Kristus” (Gal. 3:16). Tiap-tiap orang masa kini bisa
menjadi anak Abraham melalui iman kepada Kristus (Rm. 4:11; Gal. 3:29). Berkat
ini telah diabaikan oleh Israel yang ditugaskan Allah mengebankannya sebagai
tugas keturunan Abraham, sehingga Tuhan mendirikan wadah baru yaitu, ekklesia
Kristus untuk mengembangkannya (Mat. 16:18;28:19).
Perjanjian Kepada Musa
Musa
adalah pendoro Negara Israel yang memerlukan tuntunan hidup. Karena Negara itu
bersifat pemerintahan theokrasi dengan nabi Allah sebagai pemimpinnya, maka
hukum Taurat diberikan sebagai konstitusi Israel dan wahyu bagi manuisa. Taurat
merupakan ekpresi tertuluis pertama kehendak Allah. Ia merupakan didikan untuk
membangkitkan penyembahan manusia kepada Allah (Kel. 19-24).
Israel
memandang perjanjian itu sebagai dasar kehidupan beragama dan bermasyarakat.
Keunikan perjanjian ini adalah penempatan nilai-nilai moral dan rohani di atas
pertimbangan-pertimbangan politis dan ekonomis. Dalam perjanjian ii, hadir
keturunan yang pasti.
Pada
saat itu mereka berpegang pada perjanjian yang diperluas itu artinya sebagai
tanggapan ketaatan Israel kepada inisitif Allah, seperti yang dinyatakan Allah
berikut ini:
4 Kamu sendiri
telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah
mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku.
19:5 Jadi
sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada
perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara
segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. (Kel. 19:4-5)
Janji
tersebut dipertegas kembali oleh Tuhan
dalam Ulangan 26:16-19:
"Pada hari
ini TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau melakukan ketetapan dan peraturan ini;
lakukanlah semuanya itu dengan setia, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu….”
Perjanjian
Musa berakhir pada saat keimaman olrang Lewi berakhir, yang kemudian digantikan
oleh keimaman Kristus yang menuntut system keimaman yang baru, dengan Kristus
yang tersalib itu sebagai Imam Besar untuk mendamaikan seluruh bangsa (Ibr.
2:17). Rasul Petrus menulisnya sebagai bangsa terpilih imamat yang rajani,
bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri (1 Ptr. 2:9-10). Sebagai suatu
sisitim hidup di kala benih Abraham (Kristus) dudah tiba (Yoh. 3:16,19).
Kristus
memulai dengan motivasi batiniah dan meniadakan motivasi lahiriah, namun
hukum-hukum itu sendiri kekal adanya (Mat. 5:18). Baik doktrinnya maupun kode
moralnya kekal. Jadi ia berfungsi sebagai cermin disa secara spesifik, untuk
melihat keberadaab kita dengan cermi Taurat yang meningkatkan kebutuhan akan
keselamatan dan penyelamatan. Jadi, Perjanjian Musa diberikan guna menekankan
kebutuhan akan benih itu. Janji ini adalah perluasan dari berkat Individual
pada Janji Abraham.
Perjanian Palestina (Ul. 28-30)
Perjanjian
ini diberikan kepada Musa jauh sebelum Israel masuk ke tanah perjanjian di
bawah pimpinan Yosua. Perjanjia ini merupakan penjelasan lanjut tentang
perjanjian kepada Abraham dan Musa, dan berhubungan dengan pendudukan tanah
perjanjian, seperti yang dinyatakan dalam Ulangan 29-30, tanpa syarat, dengan
pengertian mereka akan masuk juga ke sana karena dijanjikan Allah secara
sepihak.
Tiap
generasi hanya bisa masuk dan menikmati berkat apabila mempertahankan Taurat.
Banyak kali mereka gagal dank arena kejahatan mereka ditaklukan dan dijajah,
yang akhirnya diusir keluar dari tanah itu dan mengembara di negeri asing,
seperti yang difirmankan Tuhan:
Tetapi kamu akan
Kuserakkan di antara bangsa-bangsa lain dan Aku akan menghunus pedang di
belakang kamu, dan tanahmu akan menjadi tempat tandus dan kota-kotamu akan
menjadi reruntuhan.(Im. 26:33)
Sesudah
pertobatan, menurut Perjanjian Musa maka Perjanjian Palestina tentang tanah itu
akan menjadi milik mereka dan mereka dipulihkan, sesuai janji Allah:
maka Aku akan
mengingat perjanjian-Ku dengan Yakub; juga perjanjian dengan Ishak dan
perjanjian-Ku dengan Abrahampun akan Kuingat dan negeri itu akan Kuingat juga.(Im.
26:42).
Hal yang ama disebutkan kembali
dalam Ulangan 30:20
“…dengan
mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, sebab
hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang
dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham,
Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka."(Ul. 30:20)
Pengampunan
terakhir menanti waktu kedatangan Kristus kedua kali, disaat mana ada
pertobatan masal terhadap Mesias yang akan terjadi seperti ditulis Zakharia
12:1-14, dan Israel yang damai sejahtera (syaloom) adil dan makmur dihadirkan
(Dan. 9:24).
Perjanjian Daud
Perjanjia
Daud diberikan pada masa yang penting dalam sejarah Israel, yakni ketika Israel
telah menikmati damai dalam pemerintahan Daud (2 Sam. 7). Allah telah membentuk
kedua belas suku menjadi suatu bangsa di bawah kekuasaan-Nya melalui perjanian
Musa di Sinai (Yes. 43:15). Di kala orang Israel memberontak melawan
pemerintahan langsung Allah (theikrasi), maka Allah membentuk kerajaan monarkhi
di bawah pemerintahan-Nya. System monarkhi ini sesuai dengan yang dijanjikan
Allah yang berbunyi:
“Aku akan
membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi
bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja”(Kej. 17:6, 35:11).
Janji
ini juga terdapat dalam Perjanjian Musa (Ul. 14:2). Allah juga tetap memegang
hak-Nya sendiri untuk memilih raja yang bentuk konkritnya dapat dilihat dalam
perjanjian kepada Daud.
Ayat
utama yang membicarakan Perjanjian Daud ialah 2 Samuel 7:5-16. Perjanjian ini
dilator belakangi kereinduan Daud membangun sebuah rumah bagi Allah (2 Sam.
7:2), karena sebagaimana ia sendiri telah bangkit dari sebuah kemah ke sebuah
istana, Allahpun harus berpindah dari Tabernakel kesuah Bait. Nabih Natan
menyetujuinya. Allah membenarkan pikiran nabi Natan dan Daud dengan mengumumkan
wahyu nubuatan yang menjamin kebebasan dinasti Daud. Tuhan akan membangun
sebuah rumah bagi Daud (2 Sam. 7:8-11), meskipun anak Daudlah yang
akanmembangun rumah bagi Allah (2 Sam. 7:13).
Provisi Ilahi
Provisi
Allah tentang Perjanjian Daud bisa dikelompokkan menjadi dua macam yaitu,
kepada Daud pribadi (2 Sam. 7:8-11a) dan kepada keturunan Daud (2 Sam. 11b-16).
Perjanjian kepada Daud pribadi terdiri dari tiga perjanjian perorangan dimana
ketiganya itu digenapi menurut 2 Samuel 18:1-14. Pertama, Takan membuat raja
Daud besar (2 Sam. 7:9b; 8:13). Dalam bagian pendahuluan nubuat ini, Tuhan
mengingatkan Daud bagaimana ia telah mengambilnya dari pekerjaannya sebagai
gemabla kambing domba untuk kemudian
dijadikan gemabala umat-Nya, yakni Israel. Daud telah diberkati Tuhan. Dan
Tuhan telah menyelapkan semua musuhnya dan sekarang ia akan membuat nama Daud
tenar. Sejarah Daud selanjutnya adalah penggenapan nubuatan ini.
Kedua
Tuhan akan menetapkan sebuah tempat bagi Israel (2 Sam. 7:10; 8:1-14). Bagian
pertama dari ayat di atas adalah pernyataan nubuatan (2 Sam. 7:10), kemudian
merupakan penggenapannya secara akurat. Untuk menggenapi bagian ini, Daud
memperluas dan memperkokoh kerajaannya dengan menaklukan orang Filistin, Moab,
Zaba, orang Aram, dari Damsyik dan orang Edom. Bahkan Tou, raja Hamat, dengan
suka rela menaklukan diri kepada Daud (2 Sam. 8:9-12). Secara singkat Tuhan
memberikan deskripsi tentang penggenapan janji ini dengan pernyataan: “…Tuhan
memberikan kemenangan kepada Daud kemanapun ia pergi berperang…”(2 Sam 8:6-14).
Ketiga
tuhan akan menjauhkan baik Daud maupun tanah tempat tinggal peristirahatannya
dari segala musu-musunya (2 Sam. 7:11a). Firman-Nya, “Aku akan mengaruniakan
keamanan kepadamu dari pada semua
musuhmu: (2 Sam. 7:11a; 8:1-14; 1 Raj. 5:4-5). Perjanjian ini sungguh kuat
karena berdiri atas integritas Allah sendiri yang rahmani.
Selain
untuk Daud pribadi, provivisi perjanjian Daud juga ditujukan untuk
keturunannya. TUHAN berkata kepadanya bahwa ia akan membangunkan rumah untuk
Daud, suatu ungkapan kiasan yang tidak diragukan lagi mengacu kepada keturunan
fisik ( 2Sam. 7:11b; band. 7:16). Ini merupakan inti dari Perjanjian Daud, dan
merupakan perluasan dari perjanjian pribadi kepada perjanjian dinasti dan perjanjian
baru (Yer. 31:31-34). Perjanjian ini bagi Daud pribadi tetapi akan digenapi
kepada keturunannya.
Perjanjian
dinasti ini diperluas dalam 2 Samuel 7:12-16 dalam empat aspek yaitu, janji
dinasti pertama yaitu janji benih yang kekal (ay. 12,16); janji dinasti kedua
yaitu janji kerajaan yang kekal (ay. 16); janji dinasti ketiga yaitu janji
sebuah takhta yang kekal atau pemerintahan yang kekal; dan janji dinasti
keempat yaitu janji peneguhan hubungan Anak-Bapa yang kekal antara Allah dan
Raja (ay.14). sifat perjanjian itu unilateral atau sepihak dari Allah sendiri
dan unconditional atau tanpa syarat (ay. 14-15). Ayat 16 menampilkan sifat khas
dari perjanjian kepada Daud yaitu seorang raja yang kekal, sebuah kerajaan yang
kekal dan sebuah takhta yang kekal.
Berbeda
dengan Saul yang diturunkan dari takhtahnya karena ia telah beerpaling dari
Tuhan, dan juga kepada kepada Salomo dijanjikan bahwa sekalipun ia berbuat
salah, kasih Tuhan tidak akan hilang daripadanya seperti yang dilakukannya
terhadap Saul.
Aku akan menjadi
Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku
akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang
diberikan anak-anak manusia. 7:15 Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari
padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari
hadapanmu(2 Sam. 7:14,15).
Sifat Tak Bersyarat (Unconditional)
Sifat
ini dinyatakan jelas dalam ayat 15, yang menjamin kelanjutan dan terlaksananya
janji itu meskipun dalam ketidaktaatan umat Allah. Dan sifat ini dikukuhkan
lebih lanjut dalam buku sejarah ( 2 Sam. 23:5; 1 Raj. 5:5; 8:17-20; 9:4-5;
11:31-39; 15:4-5; 2 Raj. 8:18-19; 1 Taw. 22:9-10; 2 Taw. 6:7-11_, juga dalam
Mazmur-mazmur (Mzm. 2; 45:6; 89:19-37; 132:11-12) dan dalam kitab nabi-nabi
(Yes. 7:10-17; 9:6-7; 11:1-9; 55:3-4; 60:3).
Separuh Penggenapan
Kelahiran
Yesus Kristus memenuhi sebagian dari nubuatan tentang raja yang kekal, yaitu
Pribadi-Nya, namun kedudukan-Nya di atas takhta Daud dan memerintah dalam
kerajaan Allah di tanah Perjanjian sebagai Raja Damai masih belum terlaksana
dan mengalami penundaan sehingga kedatangan-Nya kedua kali. Kemudian
pemerintahan itu dilanjutkan ke dalam dinasiti yang kekal, kerajaan yang kekal
dan takhta yang kekal (2 Sam. 7:16). Namun pemerintahan yang kekal itu mustahil
jika rakyatnya tak kekal. Yesus Kristus kekal adanya. Jadi benih Daud yang akan
memerintah dari takhta kekal itu adalah Yesus Kristus sendiri (Luk. 1:31-33).
Pentingnya Nubuatan Daud
Nubuatan
Daud ternyata penting, sebab penggenapan secara sempurna tentang Perjanjian
Daud ini tidak terdapat dalam Perjanjian Lama, tidak juga dalam kelahiran Yesus
Kritus, maupun dalam zaman gereja, sebab absennyaRaja Kekal itu secara fisik.
Pelayaanan Kristus di mana kini tidak ada hubungannya sama sekali dengan takhta
maupun Kerajaan Daud. Bahkan dalam Perjanjian Baru, kerajaan Daud itu terlihat
sebagai sesuatu yang akan datang. Nubuatan itu menjadi dasar bagi asas
kepercayaan atas Kerajaan Damai di bumi yang akan datang.
Perjanjian Baru
Allah
berjanji membuat Perjanjian Baru dengan Israel yang menjamin hati baru sebagai
dasar bagi semua perjanjian lainnya. Perjanjian yang ditetapkan hanya berlaku
dengan suatu pengorbanan sebagai pengganti dosa. Nats-nats utama dalam
Perjanjian Lama yang membicarakan Perjanjian Baru yang membicarakan hal ini,
ialah Yeremia 31:31-32. Dan nats utama dalam Perjanjian Baru yang membicarakan
hal ini, ialah Roma 11:26-27 dan Ibrani 8:8; 10:16.
Ciri Utama Perjanjian Baru
Cirri
utama Perjanjian Baru ialah penebusan (Redemptive covenant). Permasalahan
penting di dalam Perjanjian Baru adalah mengenai penggenapan Perjanjian Baru
ini bagi bangsa Israel (rm. 11:26-27) dan hubungannya dengan geeja.
Provisi Perjanjian Baru.
Provisi
Perjanjian Baru menyediakan lima unsure penting yaitu: Pertama, penyelamatan
(Soteriology) dominan di dalamnya sebagai sesuatu yang tanpa syarat
(unconditional), anugerah kekal yang menjamin hati dan pikiran baru, pembenaran
dan pengampunan dosa, penuangan secara besar-besaran Roh Kudus dan pelayanan
sesudah itu. Kedua, pembangunan kembali Bait Allah (Yeh. 37:26-27a). ketiga,
peperangan akan berhenti dan pemerintahan dunia yang damai (hos. 2:18).
Keempat, pelimpahan kemakmuran material di atas negeri itu (Yer. 32:40-41).
Kelima, semuanya perjanjian itu didasarkan atas kematian Mesias (Zak. 9:11;
Luk. 22:20; Ibr. 4:10-14).
Sifat Tak Bersyarat (Unconditional)
Sifat
unconditional ini nam[ak dalam pernyataan bahwa Perjanjian Baru kekal adalnay
(Yes. 24:5; 61:8; Yer. 31:36,40; 32:40; 50:5). Perjanian ini adalah anugerah
yang didasari pada pernyataan dari Allah sendiri (Yer. 31:33). Penerapan aspek
universal dari perjanjian Abraham disinggung juga (jadi sama yaitu,
unconditional). Pembicaraannya tentang keselamatan karena anugerah bukannya
berdasarkan perbuatan-perbauatan baik manusia.
Penggenapan Perjanjian Baru
Penggenapan
Perjanjian Baru meliputio dua factor yaitu: umat yang terlibat dan waktu
penggenapannya. Umat yang dimaksud dalam Perjanjian Baru ialah umat Israel. Ini
terbukti dari kata-kata perjanjian dalam Yeremia 31:31,33 )Israel dipakai).
Kondisi perjanjian itu dibandingkan dengan Perjanjian Musa (Yer. 31:34) yaitu
bagi Israel. Hubungan diantara pemberian perjanjian dan pembentukan Negara
Israel serta pengembalian mereka ketanah airnya (Yer. 31:35-40).
Waktu
penggenapan nubuatan ini, dalam Perjanjian Lama disebutkan saat masih merupakan
masa depan (Hos. 2:18-20, Yes. 55:3; Yer. 31:31-40). Dan dalam kitab Roma,
Rasul Paulus menganggapnya masih akan datang sessudah kedatangan Kristus kedua
kali (Rm. 11:26-27). Hal ini dinyatakan berhubungan dengan pengembalian Israel
ke Negerinya (Yer. 32:37, 40-41) dan berkat-berkat kerajaan Damai dan sejahtera
(Yer. 31:34; Yeh. 34:25).
Sebagaimana
diurakan dalam Perjanjian Daud maka partial fulfillment (penggenapan sebagian),
telah diimplementasikan oleh Allah melalui Raja Kekal, Tuhan Yesus Kristus
untuk mempersiapkan manusia terutama Israel dalam menyongsong fajar kerajaan
Syalom menyingsing.
Hubungan Dengan Gereja
Dalam
hubungannya dengan gereja, semua teolog konservatif mengakui bahwa Perjanjian
Baru merupakan dasar untuk anugerah pengampunan dan berkat-berkat yang
mengikutinya yang semuanya diperoleh oleh darah Yesus Kristus. Golongan
Amilenium berpendapat bahwa nubuatan itu dipenuhi secara simbolik oleh gereja,
sedangkan golongan Premilenium berpendapat bahwa Perjanjian itu akan dipenuhi
secara literal di masa depan bagi Israel sebagaimana dinubuatkan oleh
Perjanjian Lama (Yer. 31:31-34) dan Perjanjian Baru (Rm. 11:26-27). Golongan
kedua ini juga percaya bahwa ada sebuah Perjanjian Baru yang lain yang
berhubungan khusus dengan gereja seperti dinyatakan oleh Lukas 22:20 dan 1
Korintus 11:25. Dan Perjanjian ini kepada gereja (Ibr. 8). Lebih baik dari
Perjanjian Baru bagi Yeremia untuk orang-orang Perjanjian Lama (Ibr. 8:8). Dan
keduanya lebih baik dari Perjanjian kepada Musa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar