Entri Populer

Selasa, 03 Mei 2016

ESKATOLOGI BAB II



BAB II
PERJANJIAN-PERJANJIAN
(MASTER PLAN PROGRAM ILAHI)

            Meskipun ada banyak hal yang tidak pasti di dunia ini, tetapi seorang berimanb yakin bahwa ada sati hal yang pasti. Hal yang pasti itu ialah Perjanjian-Perjanjian Allah (lih. Chart 2), sebab firman Allah tidak dapat dibatalkan meskipun segala sesuatu akan berakhir (Mat. 5:17,18). Dalam janji-janji-Nya Allah telah meletakkan garis besar rencana-Nya dan peranan yang harus dimainkan oleh umat-Nya untuk mewakili manusia dalam mengungkapkan perjanjian itu.

Hakekat Perjanjian
            Perjanjian merupakan suatu persetujuan kerja sama antara dua pihak perihal suatu rencana kegiatan. Di dalam perjanjian terdapat kesepakatan antara dua pihak yang didasarkan pada sikap saling percaya satu terhadap yang lainnya. Perjanjian yang disepakati itu mengikat hubungan kedua pihak yang terlibat. Suatu contoh hubungan yang terikat dalam suatu perjajian adalah perkawinan. Dalam buku ini individu yang terlibat dalam perjanjian adalah Allah dan manusia.
            Perjanian yang diadakan Allah dengan manusia unik dan berbeda dari perjanjian yang dibuat oleh manusia. Perjanjian Allah itu istimewa olleh karena memiliki tiga unsure atau sifat yakni, pertama, pernyataan bersifat nubuatan, yakni mengenai rencana Allah yang akan datang. Kedua, pembangunan pribadi-pribadi melalui iman kepada janji-janji Allah itu. Ketiga, penggenapan maupun penyampain yang pasti, persis dan spesifik yang dijamin oleh pernyataan Allahj sendiri sebagaimana terlihat dalam ungkapan “Aku akan” (Kej. 12:1-3; Ul. 30:1-10; 2 Sam. 7:1-16), sehingga tidak ada sessuatu apapun yang bisa membatalkan penggenapan nubuatan, tuntunan iman, dan kepastian.
            Tukuan utama dari perjanjian-perjanjian yang diadakan Allah dengan manusia pertama-tama adalah untuk menyatakan rencana Allah bagi Kerajaan-Nya di bumi. Perjanjian-perjanjian itu juga di maksudkan untuk menyatakan metode penyelamatan dan pemberkatan manusia. Selain itu, perjanjian juga dimaksudkan untuk menyediakan dasar bagi hubungan manusia dengan Allah yang didasari atas iman

Macam Peejanjian Allah
            Perjanjian-perjanjian Allah dengan manusia dicatat dalam Alkitab, chart kedua berikut, yang dikutip dari buku Biography of  A Great Planet, karya Stanley A. Ellisen, menunjukkan pengelompokkan Perjanjian Seminal, Perjanjian Sentral, Perjanjian Khusu, dan Perjanjian Pengganti/Perjanjian Baru.
            Perjanjian dengan Abraham (Kej. 12:1-3) menjadi sentral bagi perjanjian-perjanjian lainnya, sehingga disebut sebagai Perjanjian Sentral. Benih bagi perjanjian dengan Abraham ini terdapat pada perjanjian dengan Adam (Kej. 3:15) dan Perjanjian Nuh (Kej. 9), dua perjanjian yang masuk dalam kategori Perjanjian Seminal. Sementara itu, aspek-aspek yang dikemukakan dalam Perjanjian Abraham, yakni personal, territorial, nasional, dan universal, dijabarkan lebih lanjut ke dalam Perjanjian Khusus yang terdiri dari Perjanjian Musa untuk berkat personal (Kel. 20); Perjanjian Palestina untuk berkat territorial(Ul. 28-30); Perjanjian Daud untuk berkat nasional (2 Sam. 7); dan Perjanjian Kristus untuk berkat Unvesal (Gal 3). Dalam perkembangannya, Perjanjian dengan Musa diganti Perjanjian Pengganti. Lihat Chart Ke-2 (Garis Besar Rencana Kerja Allah) untuk lebih menjelaskan konsep ini.

 
Perjanjian Adam
            Perjanjian pertama ini dapat dilihat dalam kejadian 3:15 yang juga dinamakan protoevangelim.
Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." (Kej. 3:15).

            Dalam bagian ini secara tegas Allah membatalkan persekutuan antara manusia dengan Iblis dengan meletakkan permusuhan di atara keduanya, dan sekaligus menjanjikan hadirnya Sang Juruselamat, yakni  “keturunan perempuan” yang akan menghancurkan kepala Iblis. Inilah alasan mengapa janji ini (Kej. 3:15) disebut Proto-Engalium yang artinya sel pertama dari Inil.
            Rencana Allah bagi kepentingan manusia diungkapkan-Nya melalui Penebus, yaitu “Benih Wanita” yang dijanjikan akan menghancurkan Setan dan akan membawa keselamatan (band. Yes. 7:14; Mat. 1:16). Dalam Kejadian 3:21, janji itu diperjelas dengan unsure darah yang dicurahkan oleh Allah untuk menyelubungi Adam dan Hawa. Perjanjian ini disebut Perjanjian Seminal, karena belum utuh atau baru sebagian (semi) yang merupakan pernyataan Allah tentang penebusan-Nya.

Perjanjian Nuh
            Dalam Kejadian 9 sesudah air bah, Allah bersekutu dengan Nuh dan menjanjikan bahwa air bah tidak akan terulang lagi sebagai hukuman kepada seluruh dunia. Allah menjamin secara unilateral (sepihak) janji-Nya itu. Walaupun demikian tanggung jawab tetap diberikan kepada manusia untuk menentang kejahatan  dan kelaliman bahkan dengan hukuman mati. Allah memerintah agar masyarakat mengembangkan kebenaran dan menghukum kejahatan. Jadi intinya bahwa Allah akan memelihara bumi ini sedangkan manusia akan memelihara kebenaran di muka bumi ini. Hal ini adalah dasar pemerintahan dunia untuk memerintah masyarakat, bahkan sampai pula menjatuhkan hukuman mati. (Kej. 1:28; 4:15; 9:4-6).
            Jadi sesudah Allah “membersihkan” dunia ini denganair bah, Ia memulai hal yang baru dengan memberikan tanggung jawab untuk menjaga keteraturan kepada manusia secara kolektif. John. F. Wavoord merinci untsur-unsur perjanjian ini menjadi empat elemen penting yakni, pertama, kepada Nuh diperintakan: “Beranak cuclah dab bertambah banyaklah serta penuhilah bumi” (Kej. 9:1). Kedua, Allah menempatkan segala sesuatu dalam ciptaan di bawa otoritas manusia. Firman-Nya,
“Akan takut dan akan gentar kepadamu segala binatang di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak di muka bumi dan segala ikan di laut; ke dalam tanganmulah semuanya itu diserahkan.” (Kej. 9:2)

Ketiga, untuk pertama kalinya Allah memberikan hak kepada manusia (Nuh) bukan hanya untuk makan makanan hijau, tetapi juga makan daging binatang seperti yang dinyatakan di dalam Kejadian 9:3-6 berbunyi:
3 Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau. 9:4 Hanya daging yang masih ada nyawanya, yakni darahnya, janganlah kamu makan. 9:5 Tetapi mengenai darah kamu, yakni nyawa kamu, Aku akan menuntut balasnya; dari segala binatang Aku akan menuntutnya, dan dari setiap manusia Aku akan menuntut nyawa sesama manusia. 9:6 Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri.(Kej. 9:3-6)

            Hak ini hanya pada binatang, tidak sampai kepada manusia. Tujuannya jela, yaitu menghargai kesucian manusia. Firman-Nya”…mengenai darak kamu, yakni nyawa kamu, Aku akan menuntut balasannya; dari segala binatang Aku akan menuntutnya, dan dari setiap manisua Akuakan menuntut nyawa sesama manusia…” Alasannya adalah karena Allah telah menjadikan manusia menurut gambar dan rupa-Nya (Kej. 9:5-6)
            Keempat, Allah berjanji bahwa ia tidak akan lagi mendatangkan banjit atas bumi seperti air bahw di zaman Nuh. Janjianya, “…maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak aka nada lagi air bah untuk memusnahkan bumi” (Kej. 9:11). Tanda perjanjian itu adalah busur Tuhan yang diletakkan di awan. Pelangi inilah yang menjadi tanda perjanjian dengan Nuh berkaitan dengan penghakiman bumi secara universal. Dengan kata lain, ini bukan saja perjanjian dengan Nuh, tetapi juga dengan semua makhluk di bumi. “inilah tanda perjanjian yang Ku adakan antara Aku dan segala makhluk yang ada di bumi” (Kej. 9:17)
            Nubuatan yang terkandung dalam Perjanjian Nuh membawa suatu situasi baru. Artinya meskipun Allah menjattuhkan hukuman karena dosa, Allah juga member berkat bagi bumi, dengan mengulangi siklus berkat yang diikuti kutuk dan kemudianm diikuti lagi oleh berkat (John F. Walvoord, Penggenapan Nubuatan, Masa Kini- Zaman Akhir, Malang: Gandum Mas, 1996, Hal. 38).

Perjanjian Abraham (Sentral)
            Perjanjian kepada Abraham lahir di zaman kejahatan telah memuncak lagi di bumi ini. Pendirian menara Babel, pendirian agama yamg men-tuhan-kan manusia dan lain sebagainya, sudah menodai dunia ini. Dari pda menyapunya bersih seperti zaman Nuh, Allah memanggil keluar seorang, yaitu Abraham  dari tengah-tengah bangsa yang penuh dengan penyembahan berhala, agar melaluinya Ia membangin satu bangsa (Kej. 12:2). Abraham disuruh pergi dengan perjanjian penting (Kej. 12:1-3):

Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;
12:2 Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.
12:3 Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."

            Perjanjian ini yang kemudian diperluas sesudah di kanaan menjadi dasar bagi semua Perjanjian Allah dengan Abraham dan Israel. Perjanjian ini menandakan dibukanya jalan baru bagi umat Allah seperti telah dikemukakan di atas dan pemilihan Abraham menandai tujuan penebusan Allah semakin dipersempit lagi melalui Abraham dan sarah, yaitu Ishak.

Latar Belakang Perjanjian Abraham
            Sebelum meneliti perjanjian ini secara lengkap dengan karakternya yang telah disinggung di atas, adalah perlu terlebih dahulu mengetahui latar belakang yang menjadi dasar atau alasan pemberian perjanjian itu oleh Allah, terutama kaitannya dengan Perjanjian Adam dan Perjanjian Nuh yang menjadi benih bagi Perjanjian dengan Abraham ini. Dasr afirmasinya (penegasannya) tentu teks Alkitab sebelumnya, yaitu kitab Kejadian, khususnya pasal 1-11.
            Dalam pasal-pasal awal kitab Kejadian dinyatakan suatu tema campuran yang terdiri atas berkat dan kutuk. Catatan ini tentulah tidak dimaksudkan sebagai catatan sejarah lengkap umat manusia. Hanya sbelas pasal yang dipakai untuk mengisahkan seluruh sejarah dunia mulai dari penciptaan sampai kepada pemilihan Abraham. Sedangkan sisanya, pasal 12-50, yaitu bagian yang jauh lebih panjang, dkhususkan untuk menceritakan kisah Abraham, ishak, Yakub, dan kedua belas anak Yakub yang meliputi kurun waktu beberapa ratus tahun kemudian.
            Banyak ahli konservativ percaya dan mengakui bahwa nabi Musa adalah penulis kitab ini,dengan tujuan menceritakan latar belakang bagi keberadaan bangsa Israel sebagai banga pilihan. Degan lain perkataan, laatar belakang itu memeberi penjelasan argumentative mengapa ansa Israel itu disebut bangsa pilihan.
            Kisah Kejadian dimulai dengan peristiwa penciptaan (Kej. 1-2). Produk penciptaan yang sangat ideal tersebut dirusak oleh manusia tat kala mereka jatuh ke dalam dosa (Kej. 3:1-7). Dosa itu mendatangkan kehancuran dan kutuk total atas manusia dan segala yang disediakan Allah bagi manusia itu (Ke 3:8-24). Tetapi Allah yang rahmnani dan rahimi itu bukanlah Allah yang dapat gagal dalam rencana-Nya. Setan dan manusia dapat gagal dan bahkan berusaha menggagalkan rencana Allah tetapi tak satupun rencana Allah yang tak dapat gagal. Tindakan pemulihan segera dilakukan oleh Allah dengan meletakkan “permusuhan atau perseturuan” diantara Iblis dan manusia (Kej. 3:15). Meterainya adalah darah dan kulit binatang yang dikorbankan Allah untuk kemuidian member keduanya pakaina (Kej. 3:21), sebagai embrio dari perjanjian-perjanjian berikutnya. Dengan perkataan lain inilah awal karaya dari penebusan itu, yakni perjanjian Allah dengan Adam (lih, Perjanjian dengan Adam).
            Akan tetapi kasih karunia yang diberikan oleh Allah kepada Adam dan hawa itu diikuti oleh kegagalan manuisa yang terus menerus, seperti nyata dari pembunuhan terhadap Habel dan kejahatan generasi-generasi berikutnya (pasal 4). Ke gagalan ini membuka jalan untuk pelaksanaan hukuman Allah atas dunia dalam bentuk air bah (psl 6 dan 7).
            Pasca air bah, suatu permulaan baru di adakan dengan perjanjian kepada Nuh, ketika Allah berjanji untuk memberkati dunia dengan tetap meminta ketaatan dari pihak manusia sebagai porsinya . lagi-lagi pola berkat yang menggantikan kutuk diperlihatkan oleh Allah tetapi dikuti oleh kegagalan demi kegagalan yang lain lagi (Kej. 9:20-23).
            Keturunan nuh berikutnya berusaha membangun menara Babel sebagai monumen pemberontakan manusia terhadap Allah (Kej 11:1-9). Hal ini bukan saja membenarkan hukuman Allah terhadap manusia dan proyek raksasa mereka yakni menara Babel disatu sisi, tetapi juga merupakan alasan pembenaran bagi tindakannya memilih Abraham untuk suatu permulaan baru dan karya Baru kasih karunia dan berkat bagi orang-orang yang telah ditebusnya, dipihak lain. Inilah yang jadi latar belakang pengadaan Perjanjian Allah itu sebagaimana yang ditubjukkan dalam chart ke-3 tentang sejarah agama-agama (Lht Chart 3: Sejarah Agama-Agama).
            Sejarah Abraham tercata dalam kejadian 12:25. Pasal 12 mencatat, perluasan dari perjanjian itu (Kej. 13:14-17). Pasal 15, pengesahan melalui persembahan binatang (Kej. 15:1-7; 8:21). Paal 17 tanda penyunatan sebagai lambang kesucian ditambahkan (Kej. 17:1-8).
            Dalam perjanjian Abrahan ini, silsilah Mesias dipersempit menjadi keturunan Abraham. Namun ini juga merupakan nubuatan pertama dari tiga Perjanjian Lama tentang kerajaan Allah yang memberikan bingkai bagi Perjanjian Daud (2 Sam. 7) dan memberikan tanda-tanda tentang Perjanjian Baru,( Yeremia 31)

Empat Berkat Perjanjian Baru
            Di dalam perjanjian-Nya kepda Abraham ini Allah menyediakan empat berkat, yakni berkat personal, territorial, nasional, dan universal.
           
Berkat Personal (Pribadi)
            Abraham dan benih yang dijanjikan merupakan berkat besar. Salah satu penggenapannya dalam Kejadian 13:17, di mana ia memperoleh nama baru dan banyak harta kekayaannya. Rupanya aspek berkat ini bersyarat, berkat hanya diperoleh karena iman dan ketaatan (respon perseorangan). Yakub misalnya tidak diberkati karena taktik duniawi yang diapakainya dalam mengejar Perjanjian itu. Anaknya Yusuf, sebaliknya menjadi teladan penggenapan aspek nubuatan Abraham imi karena karakter ilahinya. Perjanjian ini merupakan hukum umum yang bersyarat dan berlaku bagi setiap manusia.

Berkat Teritorial
Janji kepada Allah kepada Abraham tentang wilaya atau territorial dapat ditemukan dalam beberapa ayat ini.
“ 15sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya. 13:16 Dan Aku akan menjadikan keturunanmu seperti debu tanah banyaknya, sehingga, jika seandainya ada yang dapat menghitung debu tanah, keturunanmupun akan dapat dihitung juga (Kej. 13:15,16)

Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka."(Kej. 17:8)

            Tanah Palestina seluruhnya dijanjikan kepada Abraham dan keturunannya oleh Allah secara sepihak. Abraham pernah hidup disebagian tanah itu tetapi ia tidak memilikinya secara utuh seperti yang ditulis dalam kitab Ibrani: Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini “Ibrani 11:13.” Pada ayat 14 disebutkan, bahwa mereka dengan rindu mencari sutu tanah air, namun memang tanah itu dijanjikan bagi anak-anaknya. Inilah dasar bagi tuntutan dan perjuangan mereka saat ini untuk kembali menguasai tanah Perjanjian itu. Ternyata aspek dari perjanjian Abraham itu tanpa syarat (Kej. 7:7,13,19). Perjanjian ini merupakan dasar bagi Perjanjian Palestina.

Berkat Nasional
            Dalam Kejadian 12:2, Allah member jnaji secara nasional yang berbunyi: “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberati engkau serta membuat namamu Masyur, dan engkau akan menjadu berkat.” Janji ini dipertegas lagi oleh Allah dengan berkata:
"Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. 17:5 Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.(Kej. 17:4-5)

            Ujian terhadap berkat janji ini adalah karena Sarah mandul sampai tua. Tiga agama besar yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam menuntut bahwa Abraham adalah bapa mereka. Namun bagsa besar itu secara spesifik dijanjikan kepada Daud dan keturunannya. Selanjutnya perjanjian ini diperluas dalam Perjanjian Daud.

Berkat Spritual
            Rasul Paulus menafsirkan janji ini sebagai berkat bangsa-bangsa kafir (non Yahudi) melalui Yesus Kristus, seperti yang ditulis dalam Galatia 3:14:
“Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu”

            Inilah pembenaran karena iman bagi semua orang yang dinubuatkan kepada Abraham seperti yang dinyatakan dalam Kejadian 15:6; “Lalu percayalah Abrahan kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Rasul Paulus menulis kembali hal demikian, “Adapun kepada Abrahan diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan kepada keturunan-keturunannya seolah-olah dimaksudkan banyak orang, tetapi hanya satu orang dan kepada keturunanmu, yaitu Yesus Kristus” (Gal. 3:16). Tiap-tiap orang masa kini bisa menjadi anak Abraham melalui iman kepada Kristus (Rm. 4:11; Gal. 3:29). Berkat ini telah diabaikan oleh Israel yang ditugaskan Allah mengebankannya sebagai tugas keturunan Abraham, sehingga Tuhan mendirikan wadah baru yaitu, ekklesia Kristus untuk mengembangkannya (Mat. 16:18;28:19).

Perjanjian Kepada Musa
            Musa adalah pendoro Negara Israel yang memerlukan tuntunan hidup. Karena Negara itu bersifat pemerintahan theokrasi dengan nabi Allah sebagai pemimpinnya, maka hukum Taurat diberikan sebagai konstitusi Israel dan wahyu bagi manuisa. Taurat merupakan ekpresi tertuluis pertama kehendak Allah. Ia merupakan didikan untuk membangkitkan penyembahan manusia kepada Allah (Kel. 19-24).
            Israel memandang perjanjian itu sebagai dasar kehidupan beragama dan bermasyarakat. Keunikan perjanjian ini adalah penempatan nilai-nilai moral dan rohani di atas pertimbangan-pertimbangan politis dan ekonomis. Dalam perjanjian ii, hadir keturunan yang pasti.
            Pada saat itu mereka berpegang pada perjanjian yang diperluas itu artinya sebagai tanggapan ketaatan Israel kepada inisitif Allah, seperti yang dinyatakan Allah berikut ini:
4 Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku.
19:5 Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. (Kel. 19:4-5)

            Janji tersebut dipertegas  kembali oleh Tuhan dalam Ulangan 26:16-19:
"Pada hari ini TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau melakukan ketetapan dan peraturan ini; lakukanlah semuanya itu dengan setia, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu….”

            Perjanjian Musa berakhir pada saat keimaman olrang Lewi berakhir, yang kemudian digantikan oleh keimaman Kristus yang menuntut system keimaman yang baru, dengan Kristus yang tersalib itu sebagai Imam Besar untuk mendamaikan seluruh bangsa (Ibr. 2:17). Rasul Petrus menulisnya sebagai bangsa terpilih imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri (1 Ptr. 2:9-10). Sebagai suatu sisitim hidup di kala benih Abraham (Kristus) dudah tiba (Yoh. 3:16,19).
            Kristus memulai dengan motivasi batiniah dan meniadakan motivasi lahiriah, namun hukum-hukum itu sendiri kekal adanya (Mat. 5:18). Baik doktrinnya maupun kode moralnya kekal. Jadi ia berfungsi sebagai cermin disa secara spesifik, untuk melihat keberadaab kita dengan cermi Taurat yang meningkatkan kebutuhan akan keselamatan dan penyelamatan. Jadi, Perjanjian Musa diberikan guna menekankan kebutuhan akan benih itu. Janji ini adalah perluasan dari berkat Individual pada Janji Abraham.

Perjanian Palestina (Ul. 28-30)
            Perjanjian ini diberikan kepada Musa jauh sebelum Israel masuk ke tanah perjanjian di bawah pimpinan Yosua. Perjanjia ini merupakan penjelasan lanjut tentang perjanjian kepada Abraham dan Musa, dan berhubungan dengan pendudukan tanah perjanjian, seperti yang dinyatakan dalam Ulangan 29-30, tanpa syarat, dengan pengertian mereka akan masuk juga ke sana karena dijanjikan Allah secara sepihak.
            Tiap generasi hanya bisa masuk dan menikmati berkat apabila mempertahankan Taurat. Banyak kali mereka gagal dank arena kejahatan mereka ditaklukan dan dijajah, yang akhirnya diusir keluar dari tanah itu dan mengembara di negeri asing, seperti yang difirmankan Tuhan:
Tetapi kamu akan Kuserakkan di antara bangsa-bangsa lain dan Aku akan menghunus pedang di belakang kamu, dan tanahmu akan menjadi tempat tandus dan kota-kotamu akan menjadi reruntuhan.(Im. 26:33)

            Sesudah pertobatan, menurut Perjanjian Musa maka Perjanjian Palestina tentang tanah itu akan menjadi milik mereka dan mereka dipulihkan, sesuai janji Allah:
maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku dengan Yakub; juga perjanjian dengan Ishak dan perjanjian-Ku dengan Abrahampun akan Kuingat dan negeri itu akan Kuingat juga.(Im. 26:42).

Hal yang ama disebutkan kembali dalam Ulangan 30:20
“…dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka."(Ul. 30:20)

            Pengampunan terakhir menanti waktu kedatangan Kristus kedua kali, disaat mana ada pertobatan masal terhadap Mesias yang akan terjadi seperti ditulis Zakharia 12:1-14, dan Israel yang damai sejahtera (syaloom) adil dan makmur dihadirkan (Dan. 9:24).

Perjanjian Daud
            Perjanjia Daud diberikan pada masa yang penting dalam sejarah Israel, yakni ketika Israel telah menikmati damai dalam pemerintahan Daud (2 Sam. 7). Allah telah membentuk kedua belas suku menjadi suatu bangsa di bawah kekuasaan-Nya melalui perjanian Musa di Sinai (Yes. 43:15). Di kala orang Israel memberontak melawan pemerintahan langsung Allah (theikrasi), maka Allah membentuk kerajaan monarkhi di bawah pemerintahan-Nya. System monarkhi ini sesuai dengan yang dijanjikan Allah yang berbunyi:
“Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja”(Kej. 17:6, 35:11).

            Janji ini juga terdapat dalam Perjanjian Musa (Ul. 14:2). Allah juga tetap memegang hak-Nya sendiri untuk memilih raja yang bentuk konkritnya dapat dilihat dalam perjanjian kepada Daud.
            Ayat utama yang membicarakan Perjanjian Daud ialah 2 Samuel 7:5-16. Perjanjian ini dilator belakangi kereinduan Daud membangun sebuah rumah bagi Allah (2 Sam. 7:2), karena sebagaimana ia sendiri telah bangkit dari sebuah kemah ke sebuah istana, Allahpun harus berpindah dari Tabernakel kesuah Bait. Nabih Natan menyetujuinya. Allah membenarkan pikiran nabi Natan dan Daud dengan mengumumkan wahyu nubuatan yang menjamin kebebasan dinasti Daud. Tuhan akan membangun sebuah rumah bagi Daud (2 Sam. 7:8-11), meskipun anak Daudlah yang akanmembangun rumah bagi Allah (2 Sam. 7:13).

Provisi Ilahi
            Provisi Allah tentang Perjanjian Daud bisa dikelompokkan menjadi dua macam yaitu, kepada Daud pribadi (2 Sam. 7:8-11a) dan kepada keturunan Daud (2 Sam. 11b-16). Perjanjian kepada Daud pribadi terdiri dari tiga perjanjian perorangan dimana ketiganya itu digenapi menurut 2 Samuel 18:1-14. Pertama, Takan membuat raja Daud besar (2 Sam. 7:9b; 8:13). Dalam bagian pendahuluan nubuat ini, Tuhan mengingatkan Daud bagaimana ia telah mengambilnya dari pekerjaannya sebagai gemabla kambing domba untuk  kemudian dijadikan gemabala umat-Nya, yakni Israel. Daud telah diberkati Tuhan. Dan Tuhan telah menyelapkan semua musuhnya dan sekarang ia akan membuat nama Daud tenar. Sejarah Daud selanjutnya adalah penggenapan nubuatan ini.
            Kedua Tuhan akan menetapkan sebuah tempat bagi Israel (2 Sam. 7:10; 8:1-14). Bagian pertama dari ayat di atas adalah pernyataan nubuatan (2 Sam. 7:10), kemudian merupakan penggenapannya secara akurat. Untuk menggenapi bagian ini, Daud memperluas dan memperkokoh kerajaannya dengan menaklukan orang Filistin, Moab, Zaba, orang Aram, dari Damsyik dan orang Edom. Bahkan Tou, raja Hamat, dengan suka rela menaklukan diri kepada Daud (2 Sam. 8:9-12). Secara singkat Tuhan memberikan deskripsi tentang penggenapan janji ini dengan pernyataan: “…Tuhan memberikan kemenangan kepada Daud kemanapun ia pergi berperang…”(2 Sam 8:6-14).
            Ketiga tuhan akan menjauhkan baik Daud maupun tanah tempat tinggal peristirahatannya dari segala musu-musunya (2 Sam. 7:11a). Firman-Nya, “Aku akan mengaruniakan keamanan kepadamu  dari pada semua musuhmu: (2 Sam. 7:11a; 8:1-14; 1 Raj. 5:4-5). Perjanjian ini sungguh kuat karena berdiri atas integritas Allah sendiri yang rahmani.
            Selain untuk Daud pribadi, provivisi perjanjian Daud juga ditujukan untuk keturunannya. TUHAN berkata kepadanya bahwa ia akan membangunkan rumah untuk Daud, suatu ungkapan kiasan yang tidak diragukan lagi mengacu kepada keturunan fisik ( 2Sam. 7:11b; band. 7:16). Ini merupakan inti dari Perjanjian Daud, dan merupakan perluasan dari perjanjian pribadi kepada perjanjian dinasti dan perjanjian baru (Yer. 31:31-34). Perjanjian ini bagi Daud pribadi tetapi akan digenapi kepada keturunannya.
            Perjanjian dinasti ini diperluas dalam 2 Samuel 7:12-16 dalam empat aspek yaitu, janji dinasti pertama yaitu janji benih yang kekal (ay. 12,16); janji dinasti kedua yaitu janji kerajaan yang kekal (ay. 16); janji dinasti ketiga yaitu janji sebuah takhta yang kekal atau pemerintahan yang kekal; dan janji dinasti keempat yaitu janji peneguhan hubungan Anak-Bapa yang kekal antara Allah dan Raja (ay.14). sifat perjanjian itu unilateral atau sepihak dari Allah sendiri dan unconditional atau tanpa syarat (ay. 14-15). Ayat 16 menampilkan sifat khas dari perjanjian kepada Daud yaitu seorang raja yang kekal, sebuah kerajaan yang kekal dan sebuah takhta yang kekal.
            Berbeda dengan Saul yang diturunkan dari takhtahnya karena ia telah beerpaling dari Tuhan, dan juga kepada kepada Salomo dijanjikan bahwa sekalipun ia berbuat salah, kasih Tuhan tidak akan hilang daripadanya seperti yang dilakukannya terhadap Saul.
Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. 7:15 Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu(2 Sam. 7:14,15).
Sifat Tak Bersyarat (Unconditional)
            Sifat ini dinyatakan jelas dalam ayat 15, yang menjamin kelanjutan dan terlaksananya janji itu meskipun dalam ketidaktaatan umat Allah. Dan sifat ini dikukuhkan lebih lanjut dalam buku sejarah ( 2 Sam. 23:5; 1 Raj. 5:5; 8:17-20; 9:4-5; 11:31-39; 15:4-5; 2 Raj. 8:18-19; 1 Taw. 22:9-10; 2 Taw. 6:7-11_, juga dalam Mazmur-mazmur (Mzm. 2; 45:6; 89:19-37; 132:11-12) dan dalam kitab nabi-nabi (Yes. 7:10-17; 9:6-7; 11:1-9; 55:3-4; 60:3).

Separuh Penggenapan
            Kelahiran Yesus Kristus memenuhi sebagian dari nubuatan tentang raja yang kekal, yaitu Pribadi-Nya, namun kedudukan-Nya di atas takhta Daud dan memerintah dalam kerajaan Allah di tanah Perjanjian sebagai Raja Damai masih belum terlaksana dan mengalami penundaan sehingga kedatangan-Nya kedua kali. Kemudian pemerintahan itu dilanjutkan ke dalam dinasiti yang kekal, kerajaan yang kekal dan takhta yang kekal (2 Sam. 7:16). Namun pemerintahan yang kekal itu mustahil jika rakyatnya tak kekal. Yesus Kristus kekal adanya. Jadi benih Daud yang akan memerintah dari takhta kekal itu adalah Yesus Kristus sendiri (Luk. 1:31-33).

Pentingnya Nubuatan Daud
            Nubuatan Daud ternyata penting, sebab penggenapan secara sempurna tentang Perjanjian Daud ini tidak terdapat dalam Perjanjian Lama, tidak juga dalam kelahiran Yesus Kritus, maupun dalam zaman gereja, sebab absennyaRaja Kekal itu secara fisik. Pelayaanan Kristus di mana kini tidak ada hubungannya sama sekali dengan takhta maupun Kerajaan Daud. Bahkan dalam Perjanjian Baru, kerajaan Daud itu terlihat sebagai sesuatu yang akan datang. Nubuatan itu menjadi dasar bagi asas kepercayaan atas Kerajaan Damai di bumi yang akan datang.

Perjanjian Baru
            Allah berjanji membuat Perjanjian Baru dengan Israel yang menjamin hati baru sebagai dasar bagi semua perjanjian lainnya. Perjanjian yang ditetapkan hanya berlaku dengan suatu pengorbanan sebagai pengganti dosa. Nats-nats utama dalam Perjanjian Lama yang membicarakan Perjanjian Baru yang membicarakan hal ini, ialah Yeremia 31:31-32. Dan nats utama dalam Perjanjian Baru yang membicarakan hal ini, ialah Roma 11:26-27 dan Ibrani 8:8; 10:16.

Ciri Utama Perjanjian Baru
            Cirri utama Perjanjian Baru ialah penebusan (Redemptive covenant). Permasalahan penting di dalam Perjanjian Baru adalah mengenai penggenapan Perjanjian Baru ini bagi bangsa Israel (rm. 11:26-27) dan hubungannya dengan geeja.

Provisi Perjanjian Baru.
            Provisi Perjanjian Baru menyediakan lima unsure penting yaitu: Pertama, penyelamatan (Soteriology) dominan di dalamnya sebagai sesuatu yang tanpa syarat (unconditional), anugerah kekal yang menjamin hati dan pikiran baru, pembenaran dan pengampunan dosa, penuangan secara besar-besaran Roh Kudus dan pelayanan sesudah itu. Kedua, pembangunan kembali Bait Allah (Yeh. 37:26-27a). ketiga, peperangan akan berhenti dan pemerintahan dunia yang damai (hos. 2:18). Keempat, pelimpahan kemakmuran material di atas negeri itu (Yer. 32:40-41). Kelima, semuanya perjanjian itu didasarkan atas kematian Mesias (Zak. 9:11; Luk. 22:20; Ibr. 4:10-14).


Sifat Tak Bersyarat (Unconditional)
            Sifat unconditional ini nam[ak dalam pernyataan bahwa Perjanjian Baru kekal adalnay (Yes. 24:5; 61:8; Yer. 31:36,40; 32:40; 50:5). Perjanian ini adalah anugerah yang didasari pada pernyataan dari Allah sendiri (Yer. 31:33). Penerapan aspek universal dari perjanjian Abraham disinggung juga (jadi sama yaitu, unconditional). Pembicaraannya tentang keselamatan karena anugerah bukannya berdasarkan perbuatan-perbauatan baik manusia.

Penggenapan Perjanjian Baru
            Penggenapan Perjanjian Baru meliputio dua factor yaitu: umat yang terlibat dan waktu penggenapannya. Umat yang dimaksud dalam Perjanjian Baru ialah umat Israel. Ini terbukti dari kata-kata perjanjian dalam Yeremia 31:31,33 )Israel dipakai). Kondisi perjanjian itu dibandingkan dengan Perjanjian Musa (Yer. 31:34) yaitu bagi Israel. Hubungan diantara pemberian perjanjian dan pembentukan Negara Israel serta pengembalian mereka ketanah airnya (Yer. 31:35-40).
            Waktu penggenapan nubuatan ini, dalam Perjanjian Lama disebutkan saat masih merupakan masa depan (Hos. 2:18-20, Yes. 55:3; Yer. 31:31-40). Dan dalam kitab Roma, Rasul Paulus menganggapnya masih akan datang sessudah kedatangan Kristus kedua kali (Rm. 11:26-27). Hal ini dinyatakan berhubungan dengan pengembalian Israel ke Negerinya (Yer. 32:37, 40-41) dan berkat-berkat kerajaan Damai dan sejahtera (Yer. 31:34; Yeh. 34:25).
            Sebagaimana diurakan dalam Perjanjian Daud maka partial fulfillment (penggenapan sebagian), telah diimplementasikan oleh Allah melalui Raja Kekal, Tuhan Yesus Kristus untuk mempersiapkan manusia terutama Israel dalam menyongsong fajar kerajaan Syalom menyingsing.

Hubungan Dengan Gereja
            Dalam hubungannya dengan gereja, semua teolog konservatif mengakui bahwa Perjanjian Baru merupakan dasar untuk anugerah pengampunan dan berkat-berkat yang mengikutinya yang semuanya diperoleh oleh darah Yesus Kristus. Golongan Amilenium berpendapat bahwa nubuatan itu dipenuhi secara simbolik oleh gereja, sedangkan golongan Premilenium berpendapat bahwa Perjanjian itu akan dipenuhi secara literal di masa depan bagi Israel sebagaimana dinubuatkan oleh Perjanjian Lama (Yer. 31:31-34) dan Perjanjian Baru (Rm. 11:26-27). Golongan kedua ini juga percaya bahwa ada sebuah Perjanjian Baru yang lain yang berhubungan khusus dengan gereja seperti dinyatakan oleh Lukas 22:20 dan 1 Korintus 11:25. Dan Perjanjian ini kepada gereja (Ibr. 8). Lebih baik dari Perjanjian Baru bagi Yeremia untuk orang-orang Perjanjian Lama (Ibr. 8:8). Dan keduanya lebih baik dari Perjanjian kepada Musa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar