BAB
VII
KEDATANGAN
KRISTUS KEDUA KALI
Kedatangan Kristus Kedua Kali
merupakan salah satu tema utama dalam Alkitab. Pokok ini banyak dibicarakan
baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Para Rasul dan
generasi sesudahnya tetap meyakini bahwa kedatangan Kristus Kedua Kali
merupakan peristiwa yang pasti akan terjadi.
Pentingnya
Doktrin Kedatangan Kristus Kedua Kali
Kedatangan Kristus Kedua kali
merupakan doktrin yang amat penting untuk dipahami. Pertama, doktrin ini
disebutkan lebih dari tiga ratus kali dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru. Beberapa nas Perjanjian Lama yang membicarakan isu ini adalah Ayub
19:25-26; Daniel 7:13,14; Zakharia 14:4; Malekhi 3:1-2.
Kedua, doktrin ini merupakan kunci
untuk memahami Alkitab sebagai contoh, jabatan Kristus sebagai Raja hanya bisa
dipahami secara tepat dari perspektif kedatangan-Nya kedua kali.
Ketiga, doktrin ini merupakan puncak
pengharapan orang-orang percaya. Ini ditegaskan Rasul Yohanes
3:2
Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi
belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila
Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita
akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.
3:3 Setiap orang
yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang
adalah suci. (1 Yoh. 3:2,3)
Keempat, doktrin ini merupakan pendorong
bagi orang-orang percaya untuk mewujudkan kehidupan Kristen yang Alkitabiah.
Pandangan
Tentang Kedatangan Kristus Kedua Kali
Pentingnya doktrin Kedatangan
Kristus Kedua Kali ini menarik perhatian yang besar untuk mempelajarinya, dan
sulit dielakkan bahwa doktrin ini telah menimbulkan beragam pandangan. Pada
dasarnya pandangan mengenai kedatangan Kristus Kedua Kali ini bisa
dikelompokkan menjadi tiga, yakni Amillenialisme, Postmileenialisme, dan
Premillenialisme.
Pandangan
Amillenialisme
Secara sederhana Amillenialisme
berarti secara literal pada masa depan tidak aka nada Kerjaan Seribu Tahun yang
makmur dan damai di bumi. Kedatangan Kristus Kedua Kali adalah pada akhir
periode Gereja. Golongan ini percaya bahwa keadaan orang percaya sekarang ini
adalah “Kerajaan Seribu Tahun” itu.
Adapun urut-urutan peristiwa dimulai
dengan suatu masa krisis atau siksaan yang menandai berakhirnya periode gereja.
Dalam kondisi gereja yang demikian, Kristus datang dalam kemulian-Nya. Kemudian
terjadi kebangkitan umum yang diikuti dengan pengadilan dan kekekalan di bumi.
Metode interpretasi yang diterapkan
para penganut amillenialisme ini adalah dengan mengalegorikan janji-jani Allah
bagi Israel sebagai bangsa dan bahwa janji itu dipenuhi oleh Gereja. Dengan
cara itu mereka menafsirkan Wahyu 20 dengan menganggap bahwa Kerajaan Seribu
Tahun (KST) melukiskan keadaan orang mati dalam Yesus di antara periode
kedatangan Yesus Pertama dan Kedua.
Pandangan
Postmillenialisme
Golongan penganut Postmilenialisme
percaya bahwa kedatangan Kristus Kedua Kali adalah sesudah kerajaan Seribu
Tahun (Millenial Kingdom). Pandangan ini menolak adanya kerajaan Millenium yang
ditandai dengan masa penuh kemakmuran dan kedamaian di bumi. Mereka memahami
seribu tahun secara alegoris, yakni sebagai symbol bagi masa Gereja. Mereka
mengasosiasikan kerajaan Milenium dengan masa gereja. Masa penuh kedamaian dan
kemakmuran itu nantinya merupakan hasil perjuanganb gereja yang bekerja keras
memberitakan Injil Kerajaan Allah ke seluruh dunia agar setiap orang mengalami
karya keselamatan dari Roh Kudus. Pada akhirnya dunia ini akan dikristenkan,
dan kedatangan Kristus menjadi penutup aatau akhir periode millennium gereja
itu.
Kedatangan Yesus Kristus Kedua Kali
diikuti oleh kebangkitan dan pengadilan missal, dan menjadi tanda awal bagi
berlakunya masa kekekalan.
Pandangan
Premillenialisme
Pandangan ini paling banyak dianut
oleh kalangan Injili. Golongan ini berkeyakinan bahwa Kedatangan Kristus Kedua
Kali akan terjadi sebelum masa Kerajaan Seribu Tahun. Kristus datang memerintah
sebagai Raja untuk memerintah kerajaan Damai Sejahtera atau Kerajaan Syalom.
Urut-urutan peristiwa ditandai
dengan berakhirnya periode gereja sebelum masa Tribulasi (Siksaan) dengan
pengangkatan gereja sebagai mempelai wanita Kristus (1 Tes. 4:15-17). Setelah
gereja diangkat untuk memasuki pesta Anak Domba, di bumi teerjadi siksaan yang
sangat dahsyat dan universal (Why. 6-20). Siksaan ini berdurasi sama dengan
pesta Anak Domba, yaitu tujuh tahun lamanya. Lalu penghujung masa Tribulasi
Besar Kristus datang untu kedua kalinya.
Peristiwa pertama yang dilakukan
Kristus adalah berperang untuk mengalahkan “trtunggal mesum” yakni Setan,
Antikristus, dan Nabi Palsu dalam perang Armagedon. Peperangan ini dimenangkan
secara gilang gemilang oleh Kristus yang didampingi para saleh-Nya. Iblis
kemudian dicampakkan ke jurang maut untuk seribu tahun lamanya. Para sekutunya
insane-non insane berada bersama-sama Setan itu.
Kemenangan besar Kristus ini menjadi
awal pendirian Kerajaan Syalom atau Kerjaan Seribu Tahun oleh Kristus di atas
bumi ini dengan pusat pemerintahan-Nya di kota Yerusalem, di negeri Israel. Dari
saanalah Kristus bersama para saleh-Nya menata kembali bumiyang gersang dan
porak poranda akibat murka Allah terhadap Iblis dan seteru-seteru-Nya di
sepanjang Tribulasi. Penataan ini selanjutnya akan melahirkan kebenaran dan
damai sejahtera di seluruh dunia ini (Dan. 5:24).
Setelah genap masanya, yakni seribu
tahun, aka nada kebangkitan dan penghakiman terhadap orang-orang tidak percaya
di sepanjang zaman terdahulu. Peristiwa itu akan disusul dengan pemberontakan
Iblis di penghujung Kerajaan Seribu Tahun yang damai tersebut. Vonis pengadilan
Kristus di Takhta Putih itu adalah pencampakkan manusia sesat sebagai para
terdakwa ke dalam neraka untuk selama-lamanya (Why. 20:11-15). Kemudian
penghuni kerjaan Syalom memasuki kekekalan abadi beersama Allah di Sorga Baru
dan Bumi Baru untuk sela-lamanya.
Metode interpretasi yang dipegang
oleh kalangan penganut premillenialisme ini ialah yang sederhana,
normal/literal (bukan leterlek), historical dan gramatikal, kontekstual. Dengan
metode ini pengangkatan gereja “Rature” akan terjadi sebagaimana adanya
(pre-tribulasi). Juga Wahyu 20 ditafsirkan sebagai sungguh-sungguh akan terjadi
sebagaimana tertulis.
Pandangan
Tokoh-tokoh Gereja
Fakta tentang premillenialisme bukan
hanya dibuat oleh para penganjurnya. Bahkan kalangan yang menganut
amillenialisme atau postmillenialisme juga memberikan penilaian factual yang
jujur tentang premillenialisme.
O.T. Allis (Prophecy and the Curch),
hal. 238, seorang penganut Amillenialisme berkata
“Premillenialisme dianut secara luas
oleh gereja yang mula-mula, namun berapa luas, tidak seorangpun yang tahu.
Namun tekanan di mana banyak pengikutnya…, telah menimbulkan berbagai
pertentangan terhadapnya; diganti secara luas pula oleh pandangan “rohaniah”
dari Agustinus”
“Baru
pada awal abad yang lampau pendapat ini menjadi sangat bepengaruh dalam masa
modern. Popularitasnya makin bertambah; dan tuntunan yang sering dibuat, ialah
bahwa kebanyakan pemimpin Injili di Gereja masa kini, adalah penganut paham
premillenialisme.
Whitby, seorang post-millenialisme,
sebagaimana dikutip oleh GNH Peters, Theocratic Kingdom 1, hal. 482,
mengatakan:
“Doktrin
Milenium atau pemerintahan saleh-saleh di bumi selama 1000 tahun, sekarang ini
ditolak oleh orang katholik, namun dianut oleh orang-orang Kristen teerbaik
selama 250 tahun pertama sebagai tradisi kerasulan dan paham di mana
diberitahukan oleh banyak bapak-bapak gereja abad kedua dan ketiga sebagai
kebiasaan Tuhan kita dan murid-murid-Nya dan semuah tokoh-tokoh rohaniawan yang
didup sebelum mereka; yang disampaikan dan penafsiran firman seperti itu juga,
dan mereka mengatakan bahwa hal itu dianut oleh orang Kristen yang
sunggu-sungguh orthodox. Paaham ini tidak saja oleh Papias (di Phyrgia), Nepos,
(di Mesir), Apollonaris (di Barat) Methodius (di Selatan), Cyprian Victorinus
(di German), tetapi bahkan oleh Tertulian (di Afrika) Lactantius (di Italy),
dan oleh konsili Nicea (AD 323).”
Philip Schaff, history of the
Shristian Curch, Jilid II, hal. 614. Golongan Amillenialisme dan
postmillenialisme mengalami kenyataan ini, karena memang sejarah mencatat
kenyataan tersebut yang tidak bisa dibantah dan sudah bersifat universal.
Schaff mencatat:
“Pokok
paling menarik dalam eskatologi sesudah kosili Nicea adalah keutamaan paham
“chiliasm” atau millenarianism, atau kepercayaan bahwa Kristus akan memerintah
secara kelihatan oleh manusia dalam kemuliaan di bumi dengan orang-orang saleh
yang bangkit selama 1000 tahun, sebelum kebangkitan dan pengadilan umum.”
Harnach
mengatakan bahwa:
“Doktrin
tentang KKKK dan Kerajaan itu telah muncul sebegitu awal, sehingga haruslah
diragukan apa bila paham ini tidak merupakan bagian hakiki dari agama Kristen”
(dikutip oleh Chafer IV, hal 277).
Eksponen Premillenialisme bernama
GNH peters dalam Theocratic Kingdom I (Hal. 494 s/d 496) membagi berbagai
pandangan ini ke dalam 3 periode.
Tokoh-Tokoh
Premillenialisme Abad !
Para tokoh Kristen yang bersikap
positif terhadap premillenialisme adalah Andreas, Petrus, Filipus, Thomas,
Yakub, Yohanes, Matius Aristio, Yohanes Presbyteros. Semuanya dikutip oleh
Papias yang menurut Irenius adalah murid Yohanes dan teman dari Polycarpus.
Petunjuk-petunjuk ini sepakat bahwa murid-murit memegang pandangan Yahudi abad
I tentang pemerintahan Mesias. Mereka bukannya menentang paham itu tetapi sebaliknya
mengaikannya dengan KKKK
Tokoh-tokoh lainnya yang menganut
paham ini, ialah Clement dari Roma (Fil. 4:3), yang hidup kira-kira 40-100 M.
baenabas, dari Smyrna, murid Yohanes, yang hidup tahung 70-167 M, dan Papia,
uskup Hierapolis yang hidup yahun 80-163 M.
Dipihaklain tak seorang penulispun
dapat dikatan sebagai tokoh penentang Premill dalam abad itu. Jadi di samping
tokoh-tokoh Kristen yang dianggap sebagai bapak-bapak gereja memegang paham
Kerajaan Seribu Tahun dan ditambah dengan kenyataan bahwa tidak ada tokoh
Kristen maupun tulisan mereka yang menentangnya, tentu saja inilah paham yang
dianut oleh gereja mula-mula oleh bapak-bapak gereja. Ini pula sebagai bukkti
bahwa paham Kerajaan Seribu Tahun (KST) adalah ajaran Perjanjian Baru.
Tokoh Premillenialisme
Abad II
Parah tokoh abad ke 2 penganut
premillenialisme adalah tokoh-tokoh gereja yang kuat di abad ke II, yakni
mereka yang dianggap oleh Gereja Tuhan sebagai bapak-bapak gereja. Mereka di
antaranya adalah Ponphinus, (87-177M), Yustinus Martyr (100-168 M), Melito
Uskup Sardus (100-190 M), Tatian (130-190), Irenius (140-202 M), gereja-gereja
di Niniwe dan Lyons, Tertulian (150-220 M), dan Hippolytus (160-240 M).
Di pihak lain, tidak ada seorang
penulispun dapat dipersembahkan sebagai tokoh penentang Premillenialisme dalam
abad ini. Jadi disamping tokoh-tokoh Kristen yang dianggap sebagai Bapak-bapak
Gereja yang memegang paham Kerjaan Seribu Tahun dan ditambah dengan kenyataan
bahwa tidak ada yang menentangnya, tentu saja inilah paham yang dianut oleh
gereja mula-mula, oleh bapak-bapak gereja. Ini pula sebagai bukti bahwa Kerjaan
Seribu Tahun adalah ajaran Perjanjian Baru.
Tokoh
Premillenialisme Abad III
Para tokoh Kristen menganut premill
pada abad ke III adalah Cyprian, 200-258 M; Commodian, 200-270 M; Nepos, Uskup
dari Arsinoe, 230-280 M, coracion, 230-280 M; Victorinu, 240-330 M; Metheodius,
250-330 M. Di antara tokoh-tokoh yang paling tegas berbicara mendukung konsep
premill adalah Clement dari Roma (40-100) yang menulis
“Tentang
suatu kebenaran, segera dan tiba-tiba akan dibentuknya sebagaimana difirmankan
Alkitab katanya, segeralah datang ke Bait Suci-Nya, bahkan Yang Maha Kudus,
yang ke pada-Nya kami nantikan.
Yustinus
Martyr menulis dala “ Dialog dengan Trypho”
“tetapi
saya dan siapa saja yang sehat akalnya dari segala segi sebagai seorang Kristen
mengetahui bahwa aka nada kebangkitan dari kematian dan seribu tahun di
Yerusalem yang akan di bangun dan diperluas sebagaiamana nabi Yehezkiel dan
Yesaya dan yang lainnya menyatakan…”
Dan selanjutnya, orang tertentu
bersama Yohanes, salah seorang murid Kristus, menubuatkan dengan jalan Wahyu
yang diperbuat baginya bahwa mereka yang percaya kepada Kristus akan
menghabiskan 1000 tahun sebelum kebangkitan dan penghakiman semua orang
berlaku.
Justin dan Tertullia, bersama-sama
berpendapat bahwa ada tiga kelas manusia dalam memberikan tanggapan tentang
kebangktan tubuh dan Kerajaan Seribu Tahun. Pertama, bidat-bidat (heretics),
yaitu mereka yang menolak kebangkitan tubuh dan masa seribu tahun; kedua,
orang-orabg ortodoks benar yang menerima kebangkitan (tubuh) dan Kerjaan
Kristus diatas bumi; dan ketiga, orang percaya, yang setuju dengan orang-orang
benar, namun berusaha mengalegorikan dan merubah ke bentuk metaphor semua
Firman Suci yang dimaksudkan bagi pemerintahan Kristus yang wajar, dan mereka
cenderung setuju dengan bidat yang menyangkali, dari pada kaum ortodoks yang
memelihara pemerintahan Kristus di dunia. Justin menganggap bahwa criteria
konservativ sungguh-sungguh terletak pada konsep Premillenialisme.
Antagonisme
Terhadap Premillenialisme
Harus dikatakan bahwa perjuangan
kaum reformator merupakan suatu awal dari kebangkitan konsep Premillenialisme.
Panggilan mereka untuk kembali pada “Sola Scripture” dengan metode penafsiran
literal telah membuka kembali basis Premillenialisme. Ini memulai gerakan
kembali kepada azaz yang dianut oleh bapak-bapak gereja mula-mula namun telah
diselewangkan oleh Originus dan Agustinus di abad III & IV.
GNH Peters dalam bukunya The
Theocratic Kingdom I (Hal. 538), mengetengahkan beberapa tokoh kuat yang
menggerakan kembali paham Premillenialisme, seperti halnya: Sarjana Alkitab
yang sehat yaitu Joseph Mede (1586-1638), Tn Brightman (1644), J.A. Bengel
(orang terdidik dan saleh, 1687-1752), Tn. Goodwin (1679), Farmet (1660), dan
lain-lain.
Pada abad 19 ini di Amerika Serikat
terdapat 360 ekspositor di antara pemimpin-pemimpin dalam sebelas denominasi
yang tulisan-tulisannya menunjukkan bahwa mereka menganut/mengajarkan konsep
Premillenialisme; 470 penulis dan pendeta di Eropa yang konsisten menguraikan
tentang Premill. Elspositor-ekspositor terkenal dalam bidang ini ialah Bengel,
Steir, Alford, Lange, Meyer, Fausset, Keach, Ryle, Ellicott, Wescolt, Darby,
dam masih banyak yang lainnya.
Penyebab antagonism terhadap
Premillenialisme adalah dasar pemikiran Sekolah Teologia Fisafat Alexandria
yang dipimpin oleh Clement dari Alexsadria, dan diteruskan oleh murid-muridnya
terutama Originus yang mempopulerkan metode penafsiran alegori. Originus inilah
yang mempunyai pengarus luas terhadap dunia Teologia, baik dari segi positif
maupun segi negative (merugikan).
Kebangkitan dalam formula yang lebih
sistematik ajaran-ajaran palsu seperti Gnosticism, docetism telah mebuahkan
sinkritisme ajaran Kristen. Yaitu menerima sebagian ajaran Alkitabsecara
litaral, tetapi dikawinkan dengan faham-faham di atas yang menolak kenyataan
bahwa materi itu baik dan riil (tidak jahat dan semu). Bagi mereka masa depan
yang begitu adil dan makmur mustahil terjadi di bumi.
Kebangkitan pikiran anti-Yudaisme
oleh orang-orang Kristen oleh karena perlakuan mereka kepada Yesus Kristus. Hal
ini disebabkan karena mayoritas orang-orang Kristen terdiri dari orang-orang
non Yahudi. Mereka Antagonistik paham Premill, karena dianggap berbau Yahudi.
Persatuan antara gereja dan Negara
oleh Konstantinus yang membawakan sedikit masa kemakmuran. Akan tetapi
pembebasan dari penganiayaan kepada orang-orang Kristen telah melemahkan
pengharapan KKKK dan menguatkan kerinduan membentuk supremasi temporal dari
keristenan sebagai kepenuhan dari janji membawa Kristus, Mesias itu akan
memerintah di bumi ini. juga konsep pemerintahan di ahti.
Pengaruh kuat Agustinus, dengan
penafsiran alegorisnya dalam dunia teologia.
Penekanan/peniadaan/penyembunyian
tulisan-tulisan bapak-bapak gereja untuk menghilangkan dan mengurangi pengaruh
mereka di mana Premill menjadi salah satu pengajaran hakiki mereka.
Kesimpulan
Tentang Kedatangan Kristus Kedua Kali
Obsevasi terakhir menunjukkan bahwa
kedatangan Kristus kedua kali terjadi secara Premillenialisme. Artinya, tidak
mungkin ada kerajaan Syalom kalau bukan pribadi sempurna Kristus yang
mendirikan dan memerintahnya> Kristus adalah satu-satunya pemimpin ideal
untuk semua itu. Kedatangan Kristus Kedua Kali aadalah “Literal Advent,” dan
ini berarti kedatangan-Nya harus dengan tubuh yang kelihatan atau visible,
yaitu tubuh kebangkitan. Hal ini mutlak untuk memungkinkan suatu pemerintahan
yang real/konkrit sesudah penghakiman dunia. Ia datang sebagai Hakim yang Agung
dan Raja di atas segala raja.
Kedatangan Kristus kedua kali adalah
penting dan perlu, karena banyaknya nubuatan yang belum terpenuhi, dan
hanyaterpenuhi dengan kedatangan-Nya. Berikut adalah nubuatan yang masih akan
digenapi.
Ia akan kembali (KPR 1:11)
Orang mati akan mendengar suara-Nya
(Yoh. 5:28)
Ia akan melayani hamba-Nya yang
menantikan-Nya (Luk. 12:37)
Ia kembali ke atas Bukit Zaitun di mana
Ia terangkat waktu naik ke sorga (Zak. 14:4)
Ia akan datang dalam nyala api (2 Tes.
1:8) di awan-awan dari lagit dengan kuasa dan kemuliaan (Mat. 24:30; 1 Pet.
1:7; 4:13), dan berdiri di bumi (Ayb. 14:25)
Saleh-saleh-Nya (gereja) akan kembali
bersama Dia ( 1 Tes. 3:13; Yud. 14)
Semua mata akan melihat-Nya (Why. 1:7)
Ia akan menghancurkan Antikristus (2
Tes. 2:8)
Bahwa bangsa-bangsa akan dikumpulkan di
hadapan-Nya dan Ia akan mengadili mereka (Mat. 25:32)
Ia akan duduk pada takhtah-Nya (Mat.
25:31; Why. 5:31)
Ia akan memiliki tajhta Daud. (Yes.
9:6-7; Luk. 1:32; Yeh. 21:25-27), dan pemerintahan itu akan terjadi di bumi
(Yer. 23:5-6)
Ia akan memiliki suatu Kerajaan (Dan.
7:13-14; Yes. 9:6)
Ia akan memerintah kerajaan itu
bersama-sama saleh-saleh-Nya (Dan. 7:18-27; Why. 5:10)
Segala raja dan bangsa akan melayani Dia
(Maz. 72:11; Yes. 46:6-9; Why. 11:15)
Bangsa-bangsa akan berkumpul kepada-Nya (Yes. 45:23)
Tiap lutut akan bertelut dan mereka akan
datang menyembah Sang Raja (Za. 14:6; Maz. 86:9; Fil. 2:11).
Ia akan membangun Sion (Maz. 102:16),
dan takhtah-Nya akan berada di Yerusalem (Yer. 2:17; Yes. 33:20-21)
Rasul-rasul akan duduk di atas 12 takhta
mengadili kedua belas suku Israel (Mat. 19:28; Lik. 22:28-30)
Ia akan memerintah segala bangsa (Maz.
2:8-9; Why. 2:27)
Ia akan memerintah dengan penghakiman
dan keadilan (Maz. 9:9)
Bait Allah Yerusalem akan dibangun
kembali (Yeh. 40-48)
Kemuliaan Allah akan datang ke Yerusalem
(Yeh. 43:2-5; 44:4; 40:5)
Padang belantara akan menjadi lading
yang berbuah banyak (Yes. 35:15).
Padang pasir akan berbunga sebagai
mawart (Yes. 35:1-2)
Perhentian-Nya akan bercahaya mulia
(Yes. 11:10)
Program Kerajaan kepada Israel yang
begitu jelas dinubuatkan belum pernah dipenuhi, sehingga Kedatangan Kristus
Kedua Kali sebagai Raja di Takhta Daud sebagai Mesias adalah bersifat mutlak.
Tidak mempercayai Kedatangan Kristus Kedua Kali untuk menjadi Raja di takhta
Daud sama dengan menolak eksistensi dari nubuatan-nubuatan sebagai Firman
Allah.
Kedatangan Kristus Kedua Kali akan
bersifat visible (kelihatan). Ini merupakan manifestasi penuh kepada seluruh
dunia yang dapat dilihat mata oleh setiap insane (KPR. 1:11; Why. 1:7; Mat.
24:30). Manifestasi universal ini disertai dengan manifestasi/penyataan
kemuliaan-Nya (Mat. 16:27; 25:31; Why. 14:7; 18:1; 19:1)
Kedatangan Kristus Kedua Kali tidak
hanya bersifat eskatologis, tetapi juga kental dengan sifat praktisnya.
Dokktrin tentang kedatangan Kristus Kedua Kali digunakan secara luas.
Sebagai Basis
Pengajaran Dan Teguran-Tegiran
Sebagai
peringatan agar waspada (Mat. 24:44; 25:13; Mrk. 13:32-37; Luk. 35:38; Why.
16:5)
Sebagai
teguran untuk hidup sederhana ( 1 Tes. 5:2-6; 1 Pet 1:3;4;7; 5:8; Luk 12:42-44;
19:12-13)
Sebagai
teguran untuk bertobat (KPR 3: 19-21; Why 3:3)
Sebagai
teguran agar setia (Mat 25:19-21; Luk 12:42-44)
Sebagai
teguran agar tidak malu karena Kristus (Mrk 8:38)
Sebagai
teguran menentang keduniawian (Mat 16:26-27)
Sebagai
teguran agar hidup tenang (Fil 1:9-10)
Sebagaii
teguran agar sabar (Ibr. 10:36-37; Yak. 5:7-8)
Sebagai
pengajaran agar mengalahkan daging (Kol. 3:3-27)
Sebagai
Teguran tulus (Fil. 1:9-10)
Sebagai
teguran agar hidup suci dalam hal-hal praktis (1 Tes 5:23)
Sebagai
pengajaran agar melakukan penggembalaan dengan setia (2 Tim 4:1-2)
Sebagai
pengajaran agar taat kepada nasehat rasul-rasul ( 1 Tim 6:13-14)
Sebagai
teguran agar hidup sebagai gembala yang suci ( 1 Pet 5:2-4)
Sebagai
pengajaran agar tetap tinggal dalam Kristus ( 1 Yoh 2:28)
Sebagai
pengajaran kesalehan ( 1Yoh 3:2-3)
Sebagai
ajaran agar tahan atas percobaan dan ujian iman (1 Pet 1:7)
Sebagai
pengajaran agar menanggung derita bagi nama Tuhan (1 Pet 4:13)
Sebagai
ajaran agar membentuk hidup rohani yang luhur (2 Pet 3:11-13)
Sebagai
ajaran untuk hidup mengasihi sebagai saudara ( 1 Tes 3:12-13)
Sebagai
ajaran agar mengingat selalu kewarganegaraan yang ada di Sorga (Fil 3:20-21)
Sebagai
ajaran agar kasih kepada KKKK dipertebal ( 2 Tim 4:7-8)
Sebagai
ajaran akan penantian kepada Dia (Ibr 9:27-28)
Sebagai
ajaran agar memegang teguh pengharapan sampai pada akhirnya (Why 2:25;3:11)
Sebagai
ajaran agar berjaga-jaga karena sifat kedatanganNya yang tiba-tiba (Luk
17:24-30)
Sebagai
ajaran memasuki penghakiman yang tergesa-gesa (1 Kor 4:5)
Sebagai
ajaran yang meyakinkan bahwa Kristus akan menyelesaikan tugasNya (Fil 1:6)
Sebagai
ajaran adanya pahala yang akan datang (Mat 19:27-28)
Sebagai
ajaran meyakinkan murid-murid agar bersukacita (2 Kor 1:14;Fil2:16; 1Tes 2:19)
Sebagai
penghiburan bagi rasul-rasul yang ditinggalkan Yesus Kristus (Yoh 14:3;KPR
1:11)
Sebagai
peringatan bahwa itulah peristiwa utama (1 Tes 1:9-10)
Sebagai
peringatan akan pengalaman anugerah dan jaminan tak bercela (1 Kor 1:4-8)
Sebagai
peringatan akan saat penghakiman bangsa-bangsa yang hidup di dunia (Mat
25:31-46)
Sebagai
pengajaran tentang penyempurnaan kebangkitan bagi saleh-salehNya (1 Kor 15:23)
Sebagai
ajaran penghiburan (1 Tes 4:14-18)
Sebagai
pengajaran yang saat saleh-saleh Tuhan dinyatakan (Kol 3:4)
Sebagai
peringatan yang diproklamasikan pada meja perjamuan (1 11:26)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar